[Ke Gocek Libur]
Hari Kamis ini, Ayla sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Semuanya sudah siap, mulai dari tas, pakaian, bahkan ponsel pun sudah ia-charge sampai 100%. Saat sedang bersiap untuk mencabut ponselnya dari charger, tiba-tiba terasa getaran. Ayla membuka layar ponsel, ternyata ada info di grup bahwa hari ini libur. Wahh waahh, untung saja belum berangkat. Ia tertawa ketika melihat informasi itu, di kala dirinya sudah siap dan tinggal otw. Tapi kayaknya itu kesalahan ada pada dirinya sendiri deh, soalnya setelah ia scroll grup, hari Selasa kemarin sudah diumumin kalau hari Kamis ini libur. Cuma dia aja yang kelewatan, hahaha.
Ya udah, akhirnya Ayla mengganti bajunya lagi, menggunakan baju santai. Pengen tidur lagi sih, tapi nanggung, udah jam 8.
[Mengisi Waktu Luang]
Akhirnya dia cuma tidur-tiduran di kasur. Mamanya sedang jalan pagi, jadi di rumah cuma ada Ayla, adiknya, dan asisten rumah tangga. Tahu gitu tadi Ayla ikut mama jalan pagi, karena udah lama banget gak olahraga.
Jam 8-an lebih, mamanya pulang dari jalan pagi. Ayla bercerita kalau ternyata hari ini libur dan dia kelewatan infonya. Jadi nanti dia cuma ngajar di bimbel aja pas siang.
Memutuskan untuk mengisi waktu, Ayla mulai menulis cerita hari Rabu di laptop. Selama ini dia selalu mengetik cerita di ponsel, jadi pengen sesekali mencoba di laptop agar terbiasa. Dulu padahal Ayla suka banget ngetik di laptop, apalagi ngetik cerita. Tapi emang udah lama banget vakum, jadinya kayak kagok aja nulis cerita lagi di laptop. Makanya dia pengen nyoba lagi, nih.
Nah, pas lagi asyik ngetik-ngetik di laptop, ehh laptop Ayla tiba-tiba mati. Emang dasarnya dia gak bisa memperkirakan kapan laptop itu bakal mati, karena pas sebelum mati tuh dia tahu bener kalau persentase baterainya masih 81%. Dan itu belum lama sampai bermenit-menit gitu.
"Arghhh!" gerutunya begitu laptopnya mati. Mana tadi belum disimpan, soalnya Ayla bermaksud langsung nge-post ceritanya di blog tanpa menyimpannya dulu di Ms. Word.
Bete banget! Emang sih ada AutoSave, tapi AutoSave-nya cuma kesimpan setengah cerita, setengahnya lagi kehapus. Dia cepat-cepat memindahkan tulisannya ke chat WhatsApp dan memutuskan untuk menulisnya di ponsel saja. Lalu, Ayla men-charge laptopnya.
Heran, padahal baru satu tahun lalu ganti baterai di tempat servis resmi. Dan setelah dicek battery health serta kWh penggunaan baterainya, itu juga baru berkurang 2.000 kWh dari kapasitas asli. Kenapa sering banget mati di kisaran persentase 70–80% ya?
Masih dengan perasaan dongkol, Ayla mematikan laptopnya dan melanjutkan tulisannya di ponsel. Sebenernya udah gak mood, jadi sempat scroll-scroll TikTok dulu buat balikin suasana hati. Habis itu cuma nulis sedikit karena waktu udah mau menunjukkan pukul 11.00. Waktunya bersiap-siap pergi ke bimbel karena jam 12.30 dia harus udah berangkat.
[Bimbel]
Sesampainya di bimbel, waktu hampir menunjukkan pukul 13.00 dan murid-muridnya sudah datang. Kelas pertama adalah kelas matematika, di mana terdapat 2 orang murid di situ. Kelas masih bisa terkontrol dengan baik. Hingga kelas ke-2 pun semuanya tetap terkendali.
Begitu masuk ke kelas ke-3, nyaris ada drama kecil. Ada seorang murid yang memang sangat sensitif. Jadi, perasaannya mudah "tersentil" dan tidak bisa terlalu ditegasin, kalau enggak dia bakal nangis. Ayla harus sangat berhati-hati dalam memperlakukannya, berusaha untuk bertingkah selembut mungkin. Dan entah kenapa, setiap kali menyentuh anak itu, Ayla merasa merinding. Ia melihat anak itu sebagai sosok yang sangat rapuh dan dikelilingi oleh tembok tinggi yang membatasi dirinya dengan dunia luar. Memang masih bisa berinteraksi dengan teman-temannya, bermain, dan berbicara dengan guru, tapi terlihat seperti menahan diri untuk mempercayai orang lain. Hubungan yang terlihat hanya sebatas antar manusia biasa. Ayla sendiri jujur belum mampu masuk ke "jiwa"-nya, karena dia tahu bahwa anak itu masih belum sepenuhnya mempercayainya.
Hari ini, Ayla nyaris membuatnya menangis lagi hanya karena bertanya:
"Kamu besok mau lihat sapi sama kambing nggak?"
(Kebetulan besok adalah Idul Adha). Dan si anak menangkap pertanyaan itu sebagai perintah untuk melihat sapi dan kambing, padahal dia gak mau. Matanya langsung berkaca-kaca, bibirnya cemberut, dan dia bertanya,
"Emang kenapa aku harus lihat sapi dan kambing?"
Entah trust issue macam apa yang dimiliki anak ini, sampai pertanyaan sesederhana itu bisa ditangkap sebagai hal negatif dan menakutkan.
Tapi syukurlah, kondisi kembali normal dan dia berhasil pulang dengan kondisi hati yang tidak lagi gloomy seperti tadi. Dan kali ini, Ayla selamat. Tidak membuatnya menangis.
Pelajaran terakhir adalah bimbel. Kakak si murid tadi juga merupakan murid bimbelnya. Dia kelas 5. Ayla sering curhat tentang adiknya ke kakaknya, dan si kakak juga sering cerita tentang adiknya. Ayla lihat, hubungan mereka sepertinya tidak begitu baik, tapi ia tahu bahwa mereka saling sayang. Hanya saja, di hati mereka seolah ada “sesuatu” yang membatasi mereka untuk dekat. Ayla gak tahu pasti, tapi setahunya mereka memang bukan berasal dari keluarga yang harmonis.
[Pulang dan Persiapan ke Bandung]
Selesai mengajar bimbel, pukul 17.00 seperti biasa, Ayla pulang. Tadinya dia gak punya ekspektasi apa-apa selain bahwa besok tanggal merah, libur dari Jumat sampai Minggu. Memang sebelumnya ada rencana pergi ke Bandung, tapi Ayla kira tidak jadi karena adiknya—Fayra—bilang tidak mau ikut dan Ayla harus jagain dia di rumah. Fayra baru pulang study tour tadi pagi, dan katanya capek.
Tapi ternyata, sampai di rumah Fayra berubah pikiran. Dia jadi mau ikut ke Bandung. Jadinya, Ayla langsung bersiap-siap. Untungnya, gak butuh waktu lama buat siap-siap. Setelah memastikan semua barang tidak ada yang tertinggal, dia berhasil menutup ranselnya.
Besok juga adalah Hari Raya Idul Adha. Jadi, paginya mereka harus sholat Ied dulu, baru berangkat ke Bandung. Ayla gak bisa tidur terlalu malam, tapi karena malam ini aktivitasnya cukup padat, mau gak mau dia baru sempat melanjutkan tulisannya di malam hari.
Tapi gak papa, Ayla gak keberatan, karena menulis bisa membuat harinya yang tadinya berat terasa lebih ringan. Hari Kamis ini memang tidak mudah, tapi Ayla bersyukur bisa melewati hari itu dengan baik—meskipun bukan yang terbaik. Ia masih bisa mensyukuri bahwa peristiwa sepanjang hari itu tidak ada yang bikin stres. Jadi, Ayla menyimpulkan bahwa hari itu ia lewati dengan bahagia.
No comments:
Post a Comment