Monday, June 9, 2025

Bahagia : Hari Terakhir di Bandung dan OTW Pulang

Cover Bahagia : Hari Terakhir di Bandung dan OTW Pulang

[Persiapan Pulang]

Ayla dan adik-adiknya dibangunkan keesokan harinya pukul 09.00. Hari ini adalah hari Minggu, dan itu berarti hari terakhir mereka di Bandung. Papa membangunkan anak-anaknya dan mengajak untuk sarapan. Sarapan kali ini adalah brownies gulung dan nasi goreng sisa semalam. Gak apa-apa lah makanan seadanya, yang penting harus habis dan gak bersisa karena gak mungkin mereka ninggalin makanan di rumah Pakde dan Bude. Seperti tadi malam, mereka makan nasi goreng satu porsi untuk lima orang. Bukan karena gak bisa beli lagi, tapi karena emang porsinya banyak banget. Dan mereka gak biasa sarapan banyak-banyak. Malah biasanya, Ayla dan keluarganya hanya sarapan roti dan susu.

Selesai sarapan, mereka bergantian bersiap-siap. Hani mandi duluan. Ayla dan Fayra membereskan barang-barang, menyapu kamar, mencuci piring, mengunci semua jendela—memastikan bahwa semua aman dan bersih sebelum ditinggal. Setelah Hani, Fayra mandi. Ayla mengisi waktu luang dengan mengetik cerita hari Sabtu. Pukul setengah 11 semua sudah selesai mandi dan pukul 11.00 mereka berangkat. Mereka tidak langsung pulang, tetapi mampir dulu untuk singgah ke rumah "asli" Pakde dan Bude. Disebut rumah "asli" karena rumah itu adalah tempat Pakde dan Bude tinggal menetap. Kalau rumah yang di Bandung tadi hanya rumah warisan. Mereka mampir ke rumah Pakde, bermaksud untuk mengembalikan kunci. Papa berkata ke Ayla,

"Ayla, coba tolong kamu chat Pakde. Kita mau mampir buat balikin kunci, habis itu mau sekalian ngajak Pakde dan keluarga buat makan bareng, perayaan ulang tahun Hani. Kira-kira pada bisa nggak?"

"Ohh iya, Pa. Coba Ayla chat dulu ya," jawab Ayla sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mengetikkan pesan untuk Pakde.

Beberapa menit kemudian, Pakde membalas pesan tersebut. Isinya adalah permintaan maaf tidak bisa ikut karena sedang ada urusan lain. Untuk kunci, minta tolong dititipkan kepada satpam saja. Ayla segera memberitahukan isi pesan dari Pakde kepada Papa.

"Oh ya udah kalau gitu, kita makan dulu aja di sekitaran situ," ucap Papa.

Ayla mengangguk kemudian mematikan layar ponselnya.


[Mampir Makan Siang dan Mengembalikan Kunci]

Perjalanan dari Bandung hingga ke kota Pakde memakan waktu sekitar dua hingga dua setengah jam. Rutinitas perjalanan yang membosankan kembali terulang—bengong sambil melihat pemandangan di luar jendela yang berseliweran, nyemil, buka sosmed, tidur. Hingga akhirnya, mereka sampai di kota tempat Pakde dan Bude tinggal.

Fun fact, sebenarnya tempat tinggal Pakde dan Bude itu satu kota dengan tempat tinggal Kak Cakka. Makanya Ayla sempat mengirimkan spoiler ke Kak Cakka kalau dia lagi makan di kota tersebut. Kak Cakka membalasnya dengan antusias, namun memang sayangnya, mereka belum bisa bertemu. Cuma hal itu dapat memperkecil jarak di antara mereka yang tadinya 30 sekian kilometer menjadi hanya 2 kilo, dan itu membuat Ayla maupun Kak Cakka sama-sama bahagia.

Ayla dan keluarganya turun di depan sebuah restoran bebek, bermaksud ingin makan bebek. Tapi sayang sekali, restoran tersebut rupanya sedang tutup. Baru saja Ayla melangkah masuk ke restoran, pegawai yang ada di dalam bilang kalau hari ini restoran mereka tutup. Yahhh, gak jadi makan bebek deh, padahal Ayla udah ngidam. Ya udah, akhirnya mau gak mau Ayla dan keluarga bergeser ke restoran di sebelahnya. Tidak bisa dikatakan restoran saja karena di situ juga ada kafe dan live music. Mereka malas mencari tempat lain karena sudah keburu lapar, akhirnya mereka memilih tempat tersebut untuk makan.

Kafe itu ternyata cukup ramai. Hampir semua bangku terisi oleh pengunjung. Untung saja, Ayla dan keluarga kebagian tempat duduk. Kafe dengan interior yang modern dan juga terang karena banyak bukaan yang membuat sinar matahari masuk. Tetapi hal itu tidak membuat hawa di dalam panas. Meskipun ramai, suasananya tetap adem.

Jujur, interiornya membuat Ayla terkagum-kagum. Sedikit meninggalkan kesan fancy ketika pertama kali memasuki kafe. Agak takut juga harganya mahal. Tapi ternyata, gak terlalu mahal juga sih untuk ukuran kafe di pusat kota.

Ayla dan keluarga melihat-lihat buku menu. Akhirnya Ayla menjatuhkan pilihan pada menu homemade cheese pizza untuk menu sharing satu keluarga dan tropical dragon fruit smoothies untuk Ayla sendiri. Pengennya sih pesan menu ala-ala menu diet. Kita lihat aja, kira-kira cocok gak ya di lidah Ayla? Hahaha.

Hani memesan menu strawberry milkshake dan Korean gammi. Fayra memesan matcha dan sebuah menu yang namanya asing sehingga Ayla tidak ingat apa itu. Papa dan Mama juga memesan menu dengan nama aneh dari bahasa Inggris, jadi Ayla gak ingat juga.

Sambil menunggu menu datang, Ayla dan Mama sholat terlebih dahulu. Begitu pula Papa, tapi karena mushola laki-laki terpisah, mereka berjalan ke arah berbeda. Ketika menu datang dan Ayla serta Mama selesai sholat, Ayla segera menyantap tropical dragon fruit-nya. Sudah sejak lama dia kepengen nyobain makanan seperti itu. Apalagi ada campuran muesli, granola, dan chia seeds sebagai toppingnya. Terlihat menggiurkan.

Setelah suapan pertama, Ayla mengecap lidahnya. Makanan itu... hambar. Banyak rasa kacang-kacangan karena memang terdapat beberapa jenis kacang di dalamnya. Terus terang, Ayla agak menyesal sok-sokan pesan makanan diet karena dia tidak menyukainya. Tapi karena tahu itu adalah tanggung jawabnya, dan dia tidak boleh membuang makanan, Ayla tetap menghabiskannya.

Hitung-hitung karena makanan sehat, jadi mindset Ayla saat makan adalah: “Makanan sehat, baik bagi tubuh.”

Kedua adik Ayla pun ikut komentar:

“Iya ya, ini emang makanan diet.”

Tanpa gula, tanpa pemanis buatan, tanpa tepung. Pokoknya pure serat aja. Tapi syukurlah, makanan itu habis juga.

Karena merasa belum kenyang, Papa mengorder makanan lagi yaitu tomorokashi soba, semacam mie atau ramen. Ayla, yang juga belum kenyang — baginya makanan diet gak cocok buat makan siang — ikut makan soba bareng Papa.

Ketika jam menunjukkan pukul 15.00, mereka semua sudah selesai makan. Papa membayar, dan setelah itu mereka berjalan keluar dari kafe.

“Ayla, coba kamu hubungi Pakde lagi. Tanyain dia udah di rumah belum? Kalo udah kita mau ke sana nganterin kunci,” kata Papa.

“Oh iya, Pa. Sebentar Ayla tanyain.”

Ayla mengetik pesan kepada Pakde. Tak lama, Pakde membalas dan berkata bahwa beliau sudah di rumah. Keluarga Ayla pun segera menuju ke rumah Pakde dan Bude. Mereka hanya berbincang sebentar sebelum kembali melaju pulang.


[Sampai di Rumah]

Pukul 17.15 mereka telah sampai di rumah. Alhamdulillah. Ayla sudah gak sabar untuk merebahkan diri di kasur. Punggungnya pegal karena duduk terus di mobil. Tapi sebelum rebahan, dia harus membantu Papa menurunkan barang-barang terlebih dahulu. Kemudian bersih-bersih, sholat Maghrib dan Isya, barulah dia bisa rebahan.

Ayla tidak makan malam karena masih kenyang. Jadi dia hanya ngemil saja. Di rumah banyak cemilan dan makanan seperti kue-kue dan bakpia — oleh-oleh dari Fayra yang baru pulang dari Jogja — jadi Ayla cuma makan itu.

Habis itu, Ayla naik ke kamarnya dan HUPPP! Dengan satu tarikan napas, dia melempar tubuhnya ke atas kasur.

“Aaahhh... nikmatnya rebahan!!”

Sambil rebahan, Ayla seperti biasa bertelepon ria dengan Kak Cakka. Berbincang tentang liburannya di Bandung dan Kak Cakka dengan setia mendengarkan segala celotehan Ayla.

Liburan ke Bandung kali ini memang mungkin tidak bisa dibilang full liburan. Karena dia di Bandung gak ke mana-mana dan sibuk mengurus pindahan adiknya. Tapi tak apa. Suasana di Bandung yang sejuk dan dingin membuat pikiran dan badan kembali fresh. Setelah diterjang banyak peristiwa dan kejadian saat mengajar — yang kadang tidak bisa diprediksi — pergi ke Bandung untuk “mendinginkan” kepala adalah pilihan yang tepat.

Tiga hari ini, Ayla merasa bahagia dan hidupnya terasa tenteram. Waktu istirahat yang sangat tenang. Ayla pun tertidur dengan hati ringan, siap kembali masuk kerja keesokan harinya.

No comments:

Post a Comment