Nnsnakzihaj
Friday, June 13, 2025
Thursday, June 12, 2025
Wednesday, June 11, 2025
Tuesday, June 10, 2025
Bahagia : Hari Pertama Mengajar Kembali Setelah Liburan
[Bangun Tidur dan Persiapan ke Bimbel]
[Kegiatan yang Menyenangkan di Bimbel]
- mengambil kancing dengan mata tertutup,
- menebak kancing yang benar dalam genggaman tangan Ayla,
- mengingat posisi kancing yang diacak-acak.
[Pulang dan Istirahat]
Monday, June 9, 2025
Bahagia : Hari Terakhir di Bandung dan OTW Pulang
[Persiapan Pulang]
Ayla dan adik-adiknya dibangunkan keesokan harinya pukul 09.00. Hari ini adalah hari Minggu, dan itu berarti hari terakhir mereka di Bandung. Papa membangunkan anak-anaknya dan mengajak untuk sarapan. Sarapan kali ini adalah brownies gulung dan nasi goreng sisa semalam. Gak apa-apa lah makanan seadanya, yang penting harus habis dan gak bersisa karena gak mungkin mereka ninggalin makanan di rumah Pakde dan Bude. Seperti tadi malam, mereka makan nasi goreng satu porsi untuk lima orang. Bukan karena gak bisa beli lagi, tapi karena emang porsinya banyak banget. Dan mereka gak biasa sarapan banyak-banyak. Malah biasanya, Ayla dan keluarganya hanya sarapan roti dan susu.
Selesai sarapan, mereka bergantian bersiap-siap. Hani mandi duluan. Ayla dan Fayra membereskan barang-barang, menyapu kamar, mencuci piring, mengunci semua jendela—memastikan bahwa semua aman dan bersih sebelum ditinggal. Setelah Hani, Fayra mandi. Ayla mengisi waktu luang dengan mengetik cerita hari Sabtu. Pukul setengah 11 semua sudah selesai mandi dan pukul 11.00 mereka berangkat. Mereka tidak langsung pulang, tetapi mampir dulu untuk singgah ke rumah "asli" Pakde dan Bude. Disebut rumah "asli" karena rumah itu adalah tempat Pakde dan Bude tinggal menetap. Kalau rumah yang di Bandung tadi hanya rumah warisan. Mereka mampir ke rumah Pakde, bermaksud untuk mengembalikan kunci. Papa berkata ke Ayla,
"Ayla, coba tolong kamu chat Pakde. Kita mau mampir buat balikin kunci, habis itu mau sekalian ngajak Pakde dan keluarga buat makan bareng, perayaan ulang tahun Hani. Kira-kira pada bisa nggak?"
"Ohh iya, Pa. Coba Ayla chat dulu ya," jawab Ayla sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mengetikkan pesan untuk Pakde.
Beberapa menit kemudian, Pakde membalas pesan tersebut. Isinya adalah permintaan maaf tidak bisa ikut karena sedang ada urusan lain. Untuk kunci, minta tolong dititipkan kepada satpam saja. Ayla segera memberitahukan isi pesan dari Pakde kepada Papa.
"Oh ya udah kalau gitu, kita makan dulu aja di sekitaran situ," ucap Papa.
Ayla mengangguk kemudian mematikan layar ponselnya.
[Mampir Makan Siang dan Mengembalikan Kunci]
Perjalanan dari Bandung hingga ke kota Pakde memakan waktu sekitar dua hingga dua setengah jam. Rutinitas perjalanan yang membosankan kembali terulang—bengong sambil melihat pemandangan di luar jendela yang berseliweran, nyemil, buka sosmed, tidur. Hingga akhirnya, mereka sampai di kota tempat Pakde dan Bude tinggal.
Fun fact, sebenarnya tempat tinggal Pakde dan Bude itu satu kota dengan tempat tinggal Kak Cakka. Makanya Ayla sempat mengirimkan spoiler ke Kak Cakka kalau dia lagi makan di kota tersebut. Kak Cakka membalasnya dengan antusias, namun memang sayangnya, mereka belum bisa bertemu. Cuma hal itu dapat memperkecil jarak di antara mereka yang tadinya 30 sekian kilometer menjadi hanya 2 kilo, dan itu membuat Ayla maupun Kak Cakka sama-sama bahagia.
Ayla dan keluarganya turun di depan sebuah restoran bebek, bermaksud ingin makan bebek. Tapi sayang sekali, restoran tersebut rupanya sedang tutup. Baru saja Ayla melangkah masuk ke restoran, pegawai yang ada di dalam bilang kalau hari ini restoran mereka tutup. Yahhh, gak jadi makan bebek deh, padahal Ayla udah ngidam. Ya udah, akhirnya mau gak mau Ayla dan keluarga bergeser ke restoran di sebelahnya. Tidak bisa dikatakan restoran saja karena di situ juga ada kafe dan live music. Mereka malas mencari tempat lain karena sudah keburu lapar, akhirnya mereka memilih tempat tersebut untuk makan.
Kafe itu ternyata cukup ramai. Hampir semua bangku terisi oleh pengunjung. Untung saja, Ayla dan keluarga kebagian tempat duduk. Kafe dengan interior yang modern dan juga terang karena banyak bukaan yang membuat sinar matahari masuk. Tetapi hal itu tidak membuat hawa di dalam panas. Meskipun ramai, suasananya tetap adem.
Jujur, interiornya membuat Ayla terkagum-kagum. Sedikit meninggalkan kesan fancy ketika pertama kali memasuki kafe. Agak takut juga harganya mahal. Tapi ternyata, gak terlalu mahal juga sih untuk ukuran kafe di pusat kota.
Ayla dan keluarga melihat-lihat buku menu. Akhirnya Ayla menjatuhkan pilihan pada menu homemade cheese pizza untuk menu sharing satu keluarga dan tropical dragon fruit smoothies untuk Ayla sendiri. Pengennya sih pesan menu ala-ala menu diet. Kita lihat aja, kira-kira cocok gak ya di lidah Ayla? Hahaha.
Hani memesan menu strawberry milkshake dan Korean gammi. Fayra memesan matcha dan sebuah menu yang namanya asing sehingga Ayla tidak ingat apa itu. Papa dan Mama juga memesan menu dengan nama aneh dari bahasa Inggris, jadi Ayla gak ingat juga.
Sambil menunggu menu datang, Ayla dan Mama sholat terlebih dahulu. Begitu pula Papa, tapi karena mushola laki-laki terpisah, mereka berjalan ke arah berbeda. Ketika menu datang dan Ayla serta Mama selesai sholat, Ayla segera menyantap tropical dragon fruit-nya. Sudah sejak lama dia kepengen nyobain makanan seperti itu. Apalagi ada campuran muesli, granola, dan chia seeds sebagai toppingnya. Terlihat menggiurkan.
Setelah suapan pertama, Ayla mengecap lidahnya. Makanan itu... hambar. Banyak rasa kacang-kacangan karena memang terdapat beberapa jenis kacang di dalamnya. Terus terang, Ayla agak menyesal sok-sokan pesan makanan diet karena dia tidak menyukainya. Tapi karena tahu itu adalah tanggung jawabnya, dan dia tidak boleh membuang makanan, Ayla tetap menghabiskannya.
Hitung-hitung karena makanan sehat, jadi mindset Ayla saat makan adalah: “Makanan sehat, baik bagi tubuh.”
Kedua adik Ayla pun ikut komentar:
“Iya ya, ini emang makanan diet.”
Tanpa gula, tanpa pemanis buatan, tanpa tepung. Pokoknya pure serat aja. Tapi syukurlah, makanan itu habis juga.
Karena merasa belum kenyang, Papa mengorder makanan lagi yaitu tomorokashi soba, semacam mie atau ramen. Ayla, yang juga belum kenyang — baginya makanan diet gak cocok buat makan siang — ikut makan soba bareng Papa.
Ketika jam menunjukkan pukul 15.00, mereka semua sudah selesai makan. Papa membayar, dan setelah itu mereka berjalan keluar dari kafe.
“Ayla, coba kamu hubungi Pakde lagi. Tanyain dia udah di rumah belum? Kalo udah kita mau ke sana nganterin kunci,” kata Papa.
“Oh iya, Pa. Sebentar Ayla tanyain.”
Ayla mengetik pesan kepada Pakde. Tak lama, Pakde membalas dan berkata bahwa beliau sudah di rumah. Keluarga Ayla pun segera menuju ke rumah Pakde dan Bude. Mereka hanya berbincang sebentar sebelum kembali melaju pulang.
[Sampai di Rumah]
Pukul 17.15 mereka telah sampai di rumah. Alhamdulillah. Ayla sudah gak sabar untuk merebahkan diri di kasur. Punggungnya pegal karena duduk terus di mobil. Tapi sebelum rebahan, dia harus membantu Papa menurunkan barang-barang terlebih dahulu. Kemudian bersih-bersih, sholat Maghrib dan Isya, barulah dia bisa rebahan.
Ayla tidak makan malam karena masih kenyang. Jadi dia hanya ngemil saja. Di rumah banyak cemilan dan makanan seperti kue-kue dan bakpia — oleh-oleh dari Fayra yang baru pulang dari Jogja — jadi Ayla cuma makan itu.
Habis itu, Ayla naik ke kamarnya dan HUPPP! Dengan satu tarikan napas, dia melempar tubuhnya ke atas kasur.
“Aaahhh... nikmatnya rebahan!!”
Sambil rebahan, Ayla seperti biasa bertelepon ria dengan Kak Cakka. Berbincang tentang liburannya di Bandung dan Kak Cakka dengan setia mendengarkan segala celotehan Ayla.
Liburan ke Bandung kali ini memang mungkin tidak bisa dibilang full liburan. Karena dia di Bandung gak ke mana-mana dan sibuk mengurus pindahan adiknya. Tapi tak apa. Suasana di Bandung yang sejuk dan dingin membuat pikiran dan badan kembali fresh. Setelah diterjang banyak peristiwa dan kejadian saat mengajar — yang kadang tidak bisa diprediksi — pergi ke Bandung untuk “mendinginkan” kepala adalah pilihan yang tepat.
Tiga hari ini, Ayla merasa bahagia dan hidupnya terasa tenteram. Waktu istirahat yang sangat tenang. Ayla pun tertidur dengan hati ringan, siap kembali masuk kerja keesokan harinya.
Sunday, June 8, 2025
Bahagia : Hari Kedua di Bandung
[Rapat Kegiatan Pindahan]
- Papa, Mama, dan Hani akan ke kos lama Hani untuk mengambil sebagian barang dan menaruhnya di rumah Pakde dan Bude.
- Setelah zuhur, Papa, Mama, dan Hani akan mengambil barang-barang yang nantinya akan diperlukan oleh Hani di kos barunya.
- Ayla dan Fayra bertugas untuk menghubungi pihak ekspedisi pengiriman barang, karena barang-barang yang ada di rumah Pakde dan Bude akan dikirimkan ke rumah keluarga Ayla.
[Pagi yang Sibuk]
[Petugas Ekspedisi dan Tidur Siang]
[Malam Harinya]
Saturday, June 7, 2025
Bahagia : Idul Adha dan Lelahnya Aktivitas di Bandung
[Sholat Ied]
[Otw ke Bandung]
[Mengangkut Barang-barang]
[Trans Studio Mall & Menginap di Rumah Kerabat]
Friday, June 6, 2025
Bahagia : Kamis yang Tidak Mudah Tetapi Dapat Teratasi
[Ke Gocek Libur]
[Mengisi Waktu Luang]
[Bimbel]
[Pulang dan Persiapan ke Bandung]
Thursday, June 5, 2025
Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H
Ayla beserta seluruh keluarga besar dari cerita "Mengeluh & Bahagia" mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H. Taqabbalallahu minna wa minkum.
Bahagia : Rabu yang Padat Tapi Menyenangkan
[Merekap Nilai Raport]
Hari ini Ayla kembali terduduk di meja guru di sekolah. Jadwal hari Rabu sepertinya akan sedikit lebih padat, karena hari ini Ayla harus menyusun nilai matematika untuk raport anak-anak.
Ayla meletakkan tas di samping meja, menanggalkan jaket dan sarung tangan, lalu mengeluarkan buku notes A5 yang selalu ia bawa-bawa ke mana-mana. Buku itu jadi pegangan buat menulis banyak hal, mulai dari mencatat nilai anak-anak, materi, bahan-bahan buat ice breaking, kunci jawaban ulangan, dan lain-lain.
Sambil ngumpulin mood, Ayla buka layar ponsel. Cari hiburan sejenak. Beberapa menit kemudian, Ayla pun mulai fokus ke pekerjaan. Ia sibuk merekap nilai anak-anak: tugas individu, tugas kelompok, ulangan harian, UTS, sampai UAS. Nilai-nilai ini nantinya akan ia serahkan ke masing-masing wali kelas untuk nilai raport matematika.
Saat ia lagi sibuk ngutak-atik nilai, salah satu rekan guru menegur:
"Ini apa sih, kamu dari tadi ngapain? Banyak angka-angka gini," tanya beliau.
"Oh, ini Bu. Saya lagi ngerekap nilai anak-anak buat raport," jawab Ayla.
"Oalah, nggak usah kayak gitu. Caranya bukan begitu, sini coba Ibu ajarin."
Wah, ini sih tawaran menarik! Sebagai guru baru, Ayla memang butuh tips cepat dan efektif. Selama ini ia hitung manual, cara tradisional yang jelas bikin kerjanya lama. Ternyata, setelah ia coba pakai cara yang diajarkan Bu Guru, bisa mempersingkat waktu! Yang tadinya sejam lebih, sekarang cukup 30–45 menit. Mantap! Pekerjaan selesai sekitar pukul 10.00.
Mumpung ada waktu luang, Ayla lanjut ngetik cerita hari Selasa sambil nyemil kue dan roti yang ia bawa dari rumah.
[Pembagian SKL Kelas 6]
Pukul 10.30, cerita belum selesai ia tulis. Tapi rupanya ada agenda pembagian SKL (Surat Keterangan Lulus) untuk murid kelas 6. Mereka diwajibkan hadir, dan para guru berkumpul di salah satu kelas.
Bapak Kepala Sekolah membuka acara kecil ini dengan menyampaikan banyak pesan. Ayla melihat ada anak-anak yang menangis — mungkin haru, mungkin sedih karena akan berpisah dengan teman-temannya. Raut wajah mereka tampak campur aduk antara lega dan penasaran dengan hasil ujian.
Setelah Pak Kepsek selesai, guru-guru lain menyampaikan kata-kata perpisahan. Ayla bingung harus ngomong apa, jadi ia nggak ikut maju. Malu, takut nanti malah ketawa sendiri di depan anak-anak.
Lanjut ke sesi nyanyi lagu perpisahan (yang, jujur, Ayla lupa judulnya). Ia nggak berani tatap wajah anak-anak karena takut ketawa di momen sakral ini. Jadi ia pura-pura fokus ke lirik lagu yang ditulis di papan tulis.
Pembagian SKL dimulai. Anak-anak dilarang buka amplopnya dulu.
"Dalam hitungan ke-3 baru boleh dibuka ya! 1... 2... 3..."
Langsung suasana berubah. Riuh, senang, ada yang loncat kegirangan, ada yang nangis. Euforia pengumuman kelulusan memang selalu spesial.
Setelah acara selesai, guru-guru balik ke ruang guru, lalu pulang. Di rumah, Ayla cuma makan, sholat, dan bersiap lagi buat ke bimbel.
[Bimbel]
Jam pertama, Ayla ngajar membaca-menulis. Murid cuma dua orang dan dua-duanya cewek. Kelas kondusif, syukurlah.
Jam kedua, Bahasa Inggris. Ada tiga murid yang semuanya ceria dan agak super aktif. Tapi hari ini mereka nggak banyak tingkah, malah ngelucu dan menyenangkan.
Jam ketiga, pelajaran berhitung. Ada murid yang kemarin sempat menangis. Hari ini, dia masih nggak banyak interaksi, tapi suasana kelas cukup cerah karena dua teman lainnya ceria dan membantu membawa suasana.
Jam terakhir, Ayla ngajar matematika kelas 5 dan kelas 3. Di hari Rabu, Ayla harus mengajar sampai pukul 18.00 karena anak kelas 3 itu dijadwalkan sampai jam 6. Ia nggak tahu kenapa orangtuanya pilih jam segitu, tapi ya udah lah, memang sudah bagian dari kontraknya juga.
Waktu cuma tinggal berdua sama anak itu, Ayla ubah metode belajar jadi sambil main. Mereka main “Who is This?” sambil masukin materi penyajian data. Anak itu semangat lagi, bahkan ngerjain tugas juga. Jadi ya senang banget!
Jam 18.00 dia pulang. Harusnya Ayla sholat maghrib dulu, tapi jujur... ia takut sendirian di bimbel. Hawa-nya agak aneh, sepi, gelap. Merinding! Takut setan iya, takut orang jahat apalagi — secara ia cewek juga. Makanya ia buru-buru matiin AC, lampu, kunci pintu, terus ngebut naik motor.
[Obrolan Sama Mama]
Sampai di rumah masih jam 18.30. Masih masuk waktu maghrib. Mamanya juga mau sholat maghrib. Ayla langsung minta berjamaah.
Selesai sholat, mama ngajak ngobrol soal karir. Sepertinya mama mulai mau dengerin tentang mimpinya. Ayla senang banget! Mama mulai nanya-nanya soal dunia tulis-menulis, dan Ayla jelasin dengan semangat. Semoga lama-lama, orangtuanya bisa mengerti dan mendukung bidang yang ia cintai ini.
Tak terasa sudah adzan Isya. Mereka sholat, makan malam, lalu Ayla ngurus kucing dan hamster. Setelah itu, bersih-bersih dan siap-siap tidur.
[Akhir Cerita]
Sambil tiduran Ayla sempat berbincang dengan Kak Cakka. Kondisi badan Kak Cakka masih lemas, dan masih terasa demam. Tapi dia bilang kalau dia baik-baik saja. Semoga saja memang tidak parah. Mereka mengobrol tentang apa saja yang sudah mereka lalui hari ini. Kak Cakka juga bercerita mengenai kesibukannya bekerja, jadwalnya juga sedang padat. Tapi mereka senang karena mereka mengakhiri hari-hari mereka yang padat dengan saling bertukar cerita, terkadang menertawakan apa yang terjadi tadi, terkadang berkeluh-kesah jika mendapati kejadian yang kurang mengenakkan selama bekerja, terkadang saling meminta saran dan saling membantu, mengapresiasi apa yang sudah mereka lewati hari ini dan saling menyemangati untuk hari esok.
Mereka menutup telepon sekitar pukul 22.30. Tapi karena Ayla harus upload cerita hari Selasa, ia lembur sampai pukul 23.30. Walaupun capek, ia tetap bahagia.
Hari ini memang padat, tapi semuanya berjalan lancar. Jadi Ayla simpulkan, Rabu ini adalah hari yang menyenangkan.
Wednesday, June 4, 2025
Bahagia : Kelas Cenderung Kondusif dan Drama Kucing
[Ulangan Susulan di Sekolah]
Sebentar lagi libur!
Sebentar lagi libur!
Ayla menyemangati dirinya sendiri sambil mengusap-usap mata. Pukul 5 pagi, Ayla meraih ponsel yang tergeletak di nakas samping kasur, menghela napas panjang, lalu membalikkan tubuh dan menatap langit-langit.
Kemarin memang gak buruk-buruk amat sih, cuma... tetap aja ada rasa sedih yang nggak bisa Ayla tolak. Sedih karena merasa punya hati yang keras, dan nggak bisa memahami perasaan orang lain — terutama anak-anak.
Dulu juga pernah kayak gini. Ada murid yang nangis, dan Ayla bingung banget harus ngapain. Cuma bisa elus pundaknya atau ngasih pelukan yang super canggung. Kata-kata penenang? Susah banget keluar dari mulutnya. Pujian tulus? Tertahan di tenggorokan. Rasanya ada dinding transparan yang bikin semua niat baik itu mentok. Ayla merasa udah berusaha bicara, tapi kalimatnya sering belibet dan acak-acakan. Akibatnya? Cuma dua kemungkinan: anak gak paham, atau justru tersinggung dan tambah sedih. Selalu begitu.
Ayla terduduk dengan pandangan kosong. Bagaimana perasaan orang tua anak-anak itu kalau tahu mereka menitipkan anaknya ke guru berhati keras seperti Ayla?
Sambil bersiap-siap untuk berangkat, Ayla mencoba mengulang-ulang kalimat positif dalam hati — kalimat-kalimat yang ingin ia sampaikan nanti ke murid-murid. Kadang juga Ayla belajar dari TikTok tentang parenting, psikologi anak, dan semacamnya. Tapi begitu diterapkan di lapangan... rasanya susah banget.
Sesampainya di sekolah, Ayla meletakkan tas di samping bangku, melepas jaket dan sarung tangan, lalu duduk. Ia membuka ponsel, berniat melanjutkan menulis cerita hari sebelumnya. Pukul 08.15, jadwal susulan dimulai. Salah satu murid kelas 5 yang sempat absen karena ada berita duka akan mengikuti ulangan susulan.
Anak itu memang bukan tipe yang banyak tingkah. Ayla pun menemaninya selama mengerjakan. Pukul 09.20 ulangan selesai. Ayla langsung memeriksa hasilnya supaya bisa segera masuk ke buku nilai. Setelah itu, waktunya digunakan untuk melanjutkan nulis cerita hari Senin.
[Mengambil Kucing]
Pukul 11.00, kegiatan belajar mengajar usai. Ayla memutuskan pulang dulu sebelum ke bimbel. Tadi pagi, Mama sempat chat, minta tolong ditemani ngambil kucing yang sedang "dititipkan" di rumah temannya Mama. Rencananya sih kucing betina Ayla mau dikawinkan, tapi ternyata malah stress.
Kucing itu memang penakut dan nggak terbiasa sama orang baru, bahkan sama Ayla dan keluarga aja kadang masih suka ngumpet di bawah kursi. Jadi kebayang kan, ditaruh di tempat baru dan disuruh adaptasi cepat? Hasilnya: mogok makan dan minum. Daripada kenapa-kenapa, mending dibawa pulang.
Proses pengambilan kucingnya sedikit dramatis. Si kucing sempat hissing dan nyaris mencakar. Tapi akhirnya, setelah dipanggil namanya pelan-pelan dan dibujuk dengan kata-kata manis kayak "anak cantik, baik, pinter", dia luluh juga dan mau masuk kandang.
Ayla percaya, kucing tuh paham kok kalau kita nggak niat nyakitin. Mereka kayak anak kecil yang nggak bisa ngomong tapi ngerti perasaan.
Setelah berhasil dimasukin ke kandang, Ayla dan Mama pamit dan pulang. Ayla yang nyetir motor, Mama yang pegang kandangnya. Sesampainya di rumah, pintu kandang dibuka dan si kucing langsung lari ke cat room. Alhamdulillah, dia udah mulai makan dan minum lagi.
[Mini Drama di Bimbel]
Proses evakuasi kucing memakan waktu sekitar 30 menit. Ayla sampai rumah sekitar pukul 11.40 dan belum makan siang. Langsung deh makan, sholat Dzuhur, touch up makeup, lalu berangkat ke bimbel sebelum jam 13.00.
Begitu sampai di bimbel, anak-anak udah pada datang. Ayla masuk ke kelas bersama dua murid. Kelas pertama: berhitung. Kondusif banget. Mereka belajar sambil main pakai media dari kardus, dan anak-anak antusias.
Pelajaran kedua: Bahasa Inggris. Juga lancar.
Pelajaran ketiga: membaca-menulis.
Nah, disinilah murid Ayla yang kemarin nangis, kembali nangis. Ayla nggak tahu pasti kenapa, tapi sepertinya mood-nya memang sedang nggak stabil. Mungkin ada masalah, atau lagi sensitif aja. Tadi bahkan dia sempat tidur di kelas. Ayla juga gak berani bangunin keras-keras, takut kejadian kemarin keulang.
Akhirnya Ayla ajak dia main bareng temannya, biar gak ngantuk, tapi dengan tegas dia bilang:
"NO!"
Ya udah. Daripada maksa terus malah makin sedih. Tapi setelah pelajaran selesai, dia harus dibangunin karena ruangan mau dipakai kelas lain. Dan... yap, dia nangis lagi. Padahal yang bangunin itu kakaknya sendiri. Akhirnya dia ditenangin sama penjemputnya.
[Pulang]
Tapi ya udahlah. Hari ini mood Ayla lagi bagus. Jadi gak terlalu kebawa pikiran soal drama kecil di kelas. Ayla tetap ngajar kelas selanjutnya dengan baik. Pukul 17.00 kelas selesai dan Ayla pulang.
Sampai rumah, Ayla langsung makan, sholat, ngurusin kucing dan hamster, minum madu, cuci muka, gosok gigi, dan rebahan.
Hari ini, Ayla juga dapat kabar kalau Kak Cakka lagi sakit, jadi dia tidur duluan. Ayla pun gak lama, ikut tidur juga. Hari ini berlalu dengan bahagia. Lancar. Dan dramanya? Nggak melelahkan.
Tuesday, June 3, 2025
Mengeluh : Dinamika Anak-anak yang Simple tapi Rumit
[Di Sekolah]
Hari Senin pun tiba. Ayla bangun di pagi hari, melakukan rutinitas seperti biasa. Bersiap-siap untuk pergi bekerja. Pekan ulangan di sekolah sudah selesai, seluruh soal ulangan sudah diperiksa dan dinilai. Tinggal menentukan nilai rapor dan beberapa ulangan susulan bagi anak-anak yang tidak masuk kemarin. Jadinya Ayla bisa lebih santai. Hari-hari di sekolah Ayla lalui dengan enjoy. Ayla sibuk menulis cerita. Iya, sekarang kegiatan menulis ceritanya dipindahkan ke siang hari. Pokoknya dikala gabut, Ayla akan menyicil nulis, biar tidurnya gak terlalu malam. Karena Ayla udah komitmen mau nulis setiap hari, maka dia juga harus berusaha mengatur waktu.
Sambil sibuk menulis, Ayla mendengarkan dan sesekali ikut nimbrung saat rekan-rekan bapak dan ibu guru mengobrol. Tapi memang Ayla biasanya lebih banyak diam aja sih. Terus Ayla dapat kabar kalau salah satu muridnya akan susulan besok. Oke, gapapa, gas aja. Gak kerasa, kegiatan di sekolah hari itu udah selesai. Jam 11, Ayla memutuskan buat balik dulu ke rumah, rebahan bentar (emang kaum-kaum rebahan).
[Pergi ke Bimbel]
Ayla cuma bisa rebahan sebentar karena jam 12.30 udah harus berangkat lagi. Habis rebahan, Ayla makan siang, sholat Dzuhur, touch up makeup, dan langsung berangkat lagi ke bimbel.
Sampai di bimbel, ternyata anak-anak muridnya udah pada datang, tinggal sisa satu aja. Pelajaran pertama adalah kelas membaca-menulis. Semua berjalan lancar. Kelas kedua adalah matematika, dan matematika itu juga berjalan lancar.
Kelas ketiga juga matematika, di mana di kelas ketiga ini mulai ada konflik dengan murid. Ada murid yang memang anaknya sulit banget dipahami perasaannya karena dia pendiam. Kadang-kadang dia bisa nangis tanpa Ayla tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pas ditanya, dia diam aja, gak mau ngomong. Jadi Ayla bener-bener bingung kalau dia udah diam seribu bahasa dan malah nangis.
Ayla gak tahu salahnya apa. Awalnya dikira anak itu gak enak badan karena pas dipegang, badannya anget. Tapi ternyata bukan. Ayla gak tahu harus gimana. Apalagi di kelas itu ada anak yang luar biasa aktif, yang seneng banget teriak-teriak dan jalan-jalan ke sana kemari. Ayla harus bisa membagi perhatian antara anak yang aktif itu dengan anak-anak lainnya dan itu sangat sulit. Karena kalau gak diperhatiin, si anak super aktif itu benar-benar akan berulah dan membuat keributan. Kelas itu bikin Ayla pusing tujuh keliling.
Sepertinya dari anak-anaknya juga gak cocok disatuin, karena tiga anak pendiam vs satu anak hiperaktif... anak-anak pendiam pasti juga gak suka disatuin sama anak yang berisik dan pasti akan mempengaruhi mood mereka.
Anak itu benar-benar gak mau dipegang, gak mau ngomong sama Ayla, gak mau deh interaksi. Ayla agak kesel, akhirnya dia diemin aja. Terserah mau apa, Ayla gak paham sama perasaannya. Akhirnya kelas tetap dilanjutkan sampai selesai, sampai si anak akhirnya dibimbing Bu Ustadzah buat ikut kelas ngaji, karena memang setelah kelas Ayla itu, mereka lanjut kelas ngaji.
Jeleknya Ayla, dia gak bisa banget buat ngerti perasaan anak. Ayla ngerasa, dia gak bisa punya koneksi batin sama mereka. Gak bisa punya perasaan menyayangi dengan penuh kelembutan. Dan gak bisa bohong juga, kadang Ayla gak bisa pura-pura untuk selalu keliatan ceria dan positive vibes.
Ada kalanya Ayla lelah menghadapi dunia anak yang dinamis dan sering berganti-ganti mood-nya. Rasanya kayak… dia emang gak cocok sama dunia ini. Gak cuma capek fisik, tapi juga capek batin.
[Pulang]
Akhirnya bimbel selesai pukul 17.00. Ayla langsung sholat Ashar lalu pulang ke rumah. Pengen cepet-cepet ketemu kasur. Sampai ke rumah pas adzan Maghrib. Habis sholat Maghrib, Ayla langsung rebahan dengan nikmat. Sambil rebahan, pikirannya melayang ke segala tingkah laku anak-anak yang tidak dimengerti.
Apa wajar seorang guru gak bisa mengatasi muridnya?
Apa wajar seorang guru gak ngerti sama muridnya?
Berkali-kali Ayla merasa kalau dia gak pantes di bidang ini. Merasa udah berusaha, tapi hasilnya selalu bukan yang terbaik.
Monday, June 2, 2025
Bahagia : Me Time and This is Sundaaayy!!!
[Hibernasi]
Ayla terbangun untuk sholat subuh pukul 5 pagi. Hari ini… saaaaangattt melegakan karena ini hari Minggu. Finally! Ayla bisa bebas dan istirahat dengan tenang. Jadinya, habis sholat, Ayla langsung rebahan lagi di kasur. Nikmat banget rasanya.
Jam 7 pagi, Ayla malah ketiduran lagi. Rasanya udah kayak hibernasi. Kalau lagi capek, apalagi capek mental, Ayla bisa tidur lama banget. Ia baru bangun jam setengah 11, dan perutnya udah berontak minta makan. Ayla pun mencomot roti dari kulkas, walaupun dingin, tapi nggak apa-apa deh, buat ganjel perut sebelum makan siang.
Habis itu, balik lagi ke kamar. Aaahhh… nikmatnya Minggu. Ayla bener-bener bersyukur bisa punya hari ini.
Gak lama, Kak Cakka kirim pesan ngajakin mabar Minecraft. Ayla langsung semangat dan tanpa pikir panjang mereka udah tenggelam di dunia Minecraft, main mode survival karena lagi pengen tanding-tandingan. Apalagi, mereka baru nemu portal Nether World yang tadinya terbengkalai tapi berhasil mereka perbaiki.
Lagi seru-serunya main, tiba-tiba mama ngajak ngobrol.
[Obrolan Karir Bareng Mama]
Mama mulai bahas soal karir ke depannya. Ayla gak bisa banyak komentar sih, takut disangka gak paham maksud mama. Tapi intinya, mama pengen Ayla tetap stay di pekerjaan jadi guru.
Ayla tarik napas. Lelah. Ia paham kok maksud mama. Ia juga gak serta-merta mau ninggalin pekerjaan ini. Ayla tahu, jadi guru tuh juga proses — buat ngembangin public speaking, kendali kelas, empati, dan kasih sayang ke anak-anak. Gak ada sisi negatif dari profesi ini, Ayla juga ngerti.
Tapi Ayla juga butuh ruang. Butuh waktu buat berkembangin skill yang ia suka, kayak menulis, copywriting, bikin caption media sosial, dan banyak lagi. Sejak SMA Ayla udah jalanin jurusan yang bukan passion-nya. Sekarang, ia cuma pengen bisa explore dunia yang ia cintai.
Ayla gak bilang mau keluar sekarang juga. Ia cuma pengen rutinitasnya bisa balance. Kalau terus-terusan ngelakuin yang gak ia suka, rasanya kayak dicekik pelan-pelan. Ia cuma pengen punya waktu buat belajar, nulis, dan berkembang.
Obrolan dengan mama akhirnya ditutup dengan ajakan jalan-jalan keluar. Tapi Ayla tolak. Ia lebih pengen sendiri, menikmati hari Minggu dengan caranya. Dan minggu ini Ayla udah punya rencana: me time ke salon.
[Me Time ke Salon]
Rencana awalnya sih, Ayla mau ke salon jam 2. Tapi nanggung. Jadi ia putuskan otw-nya habis Ashar aja.
Salon yang dituju ada di depan kompleks. Udah lama buka, katanya recommended juga. Begitu sampai... rame banget. Hairstylist-nya semua lagi kerja. Gak ada satu pun yang standby di resepsionis.
Salah satu pegawai nanya Ayla mau treatment apa. Ia bilang creambath, terus disuruh isi nama dan jenis treatment-nya di kertas. Habis itu, nunggu.
Di kursi tunggu, Ayla perhatiin mbak-mbak salonnya kerja. Ada yang nyatok, nyalonin anak kecil, sampai massage pelanggan. Anak kecil di sebelahnya ternyata mau potong rambut dan keramas. Salut sih, sejak dini udah kenal self-care.
Dulu, pas kecil, Ayla gak pernah ke salon. Bahkan sampai kuliah. Potong rambut selalu sama papa. Tapi nggak apa-apa. Justru momen itu jadi waktu ngobrol paling intens Ayla sama papa.
Jam 16.30 akhirnya Ayla dipanggil.
Dari awal ia sengaja gak keramas dari rumah, jadi begitu dikeramasin... beuh, segernya bukan main. Apalagi pas creambath, kepalanya dilumuri hairmask aloe vera campur ginseng, adem banget, wanginya calming banget. Terus dipijat-pijat... wah, rasa cenat-cenut dan penat di kepala langsung ilang.
Selama satu jam Ayla dimanjakan dengan pijatan di kepala, leher, pundak, dan punggung. Mbaknya jago banget. Bintang 5 lah ⭐⭐⭐⭐⭐. Ia juga sempet ambil beberapa foto — buat arsip pribadi, bukan buat dipamerin.
Jam 17.45, creambath selesai. Setelah dibilas dan rambut dikeringin, Ayla langsung bayar dan keluar. Kepala rasanya enteng, rambut halus, badan fresh. Mood-nya? Naik drastis!
Cewek emang gitu ya... kalau lagi ngerasa cantik, mood-nya bisa langsung membaik. Jadi buat cowok-cowok di luar sana: bikin pasangan kalian cantik, biar gak tantrum 😌
[Penutup Hari Minggu]
Sesampainya di rumah, Ayla lanjut rutinitas malam. Sebelum tidur, ia nyempetin main game dulu. Penutup yang pas buat hari Minggu yang menyenangkan.
Besok Senin. Artinya, ia harus balik kerja. Tapi mood-nya udah kebentuk dari sekarang. Me time hari ini benar-benar menyelamatkan. Rasanya Ayla siap.
Semangat buat hari Senin!