[Raport Murid]
Malam setelah menulis cerita, Ayla memutuskan untuk melanjutkan membuat raport murid-murid. Karena hari itu tubuhnya terasa lelah, ia hanya sanggup mengetikkan raport beberapa murid saja. Ia mengerjakan raport sampai malam, sekitar pukul 00.00, sambil ditemani oleh Kak Cakka via telepon. Kak Cakka juga sedang mengerjakan kerjaan lembur, jadi mereka sama-sama sibuk tapi tetap saling menemani.
Ayla bercerita macam-macam pada Kak Cakka—termasuk soal insiden di kelas bimbel siangnya. Kak Cakka mendengarkan ceritanya dengan antusias. Segala cerita yang terjadi di keseharian Ayla selalu menjadi topik yang nggak ada habisnya. Begitu pun Kak Cakka, ia selalu berbagi cerita entah itu soal aktivitas sehari-hari, video yang terakhir ia tonton, soal kucing—karena mereka sama-sama pecinta kucing—dan topik lainnya.
Pukul 23.00, Kak Cakka pamit tidur duluan karena sudah mengantuk. Ayla pun baru bisa terlelap sekitar pukul 00.20.
[Ke Sekolah]
Pukul 05.00, Ayla terbangun dengan tubuh yang masih letih dan kepala yang berat. Semalam ia cuma tidur 4 jam, dan itu bikin badannya pegal-pegal sekujur tubuh. Tapi mau tidak mau, ia harus bangun karena hari itu ada ujian kenaikan kelas pukul 07.30 untuk mata pelajaran Matematika.
Ia melangkah turun dari tempat tidur, lalu menyiapkan buku-buku pelajaran untuk dibawa ke sekolah. Hanya untuk berjaga-jaga kalau ada murid yang bertanya soal ujian dan ia harus bantu menjelaskan.
Ujian Matematika hari itu berlangsung di kelas 4. Awalnya suasana kelas cukup kondusif, anak-anak terlihat antusias mengerjakan soal. Tapi satu jam berlalu, suasana mulai berubah. Anak-anak terlihat jenuh—mulai keluar bangku, ngobrol dengan teman, izin ke toilet. Kondisi makin sulit dikendalikan.
Puncaknya, anak-anak laki-laki mulai meledek anak-anak perempuan. Salah satu dari mereka, seorang anak perempuan, marah dan membalas. Nyaris terjadi pertengkaran fisik. Untungnya, hal itu bisa dicegah. Ayla buru-buru menengahi, membela si anak perempuan karena memang jelas anak laki-laki yang mulai.
Sebenarnya, Ayla bukan tipe yang bisa ngomel panjang lebar. Ia tahu dirinya sering kesulitan menyusun kalimat kalau sedang emosi atau grogi. Kalau udah begitu, kalimatnya bisa belibet, keluar dari konteks, bahkan jadi nggak jelas. Tapi di momen itu, ia memaksakan diri untuk bicara tegas. Ia berusaha keras tetap fokus pada isi pembicaraannya, karena kalau perhatiannya teralihkan sedikit saja, bisa buyar semua susunan kata di kepalanya.
Untungnya, suasana kelas mulai mereda. Karena waktu tinggal 30 menit lagi, anak-anak kembali mengerjakan soal. Lima belas menit sebelum bel istirahat berbunyi, beberapa murid sudah mengumpulkan hasil ujiannya. Meskipun Ayla hampir yakin mereka banyak yang asal menjawab, tapi daripada mereka bosan di kelas dan malah ganggu temannya, lebih baik mereka keluar kelas dulu. Toh, sebentar lagi juga waktu istirahat.
[Ada Puteri DKI Jakarta di Sekolah]
Begitu keluar kelas sambil membawa hasil ujian anak-anak, Ayla melihat sesuatu yang tak biasa. Di depan kelas 5, ada bangku-bangku yang sudah disusun rapi dan digelar karpet. “Hmm? Apakah akan ada acara?” batinnya. Tapi ia menunda rasa penasarannya karena perutnya sudah minta diisi. Ia menuju ruang guru dan segera membuka bekal makannya.
Sambil makan, Ayla iseng membuka media sosialnya. Ia menggulir layar sambil membaca berita-berita dan hal-hal random. Tapi kemudian, suara riuh dari luar ruang guru menarik perhatiannya. Ia mengintip ke luar dan... wow! Ternyata sekolahnya kedatangan tamu istimewa: Puteri DKI Jakarta.
Dia sangat cantik—bahkan sempat masuk ke ruang guru untuk berkenalan dengan para guru. Ayla pun terpukau. Puteri tersebut datang untuk memberikan seminar motivasi bagi anak-anak SMP. Karena sekolah tempat Ayla mengajar punya jenjang SD dan SMP, maka para siswa SMP dikumpulkan di aula.
Setelah berkenalan singkat dengan sang Puteri, Ayla melanjutkan makannya. Tadinya ia pikir bisa pulang lebih awal karena jam kedua akan ditiadakan. Tapi ternyata belum boleh. Jadi ia tetap stay di ruang guru sampai waktunya berangkat ke bimbel.
Pukul 12.00, Ayla pamit pada para guru. Ia harus berangkat ke tempat bimbel, meskipun seminar belum selesai dan tamu istimewa itu belum pamit. Tapi, ia punya tanggung jawab lain yang menunggu.
Bersambung Part 2
No comments:
Post a Comment