[Healing, Jalan-jalan Part 2]
Setelah menulis cerita hari itu, Ayla memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang berwarna hitam. Tas itu pemberian dari Kak Cakka dan Ayla sangat menyukainya. Ia sudah bertemu dengan keluarganya. Tampaknya sang papa masih ingin di masjid karena sedang ada kajian — papa memberitahu mereka melalui pesan WhatsApp. Akhirnya Ayla, Fira (adik keduanya), dan mama berjalan-jalan bertiga di dalam mall. Sebenarnya mereka nggak tahu mau ke mana, hanya sekadar jalan-jalan. Mereka juga nggak sedang ingin beli apa-apa, jadi cuma lihat-lihat.
Pada akhirnya langkah mereka membawa ke area foodcourt. Fira ingin mencari minuman matcha, sementara Ayla baru sadar kalau perutnya sudah keroncongan. Foodcourt malam itu tampak sangat ramai, hampir tidak ada bangku kosong. Tapi syukurlah, setelah berkeliling, mereka menemukan juga tempat duduk. Mama menjaga bangku agar tidak ditempati orang lain, sementara Ayla dan Fira mencari tempat makan atau minuman yang ingin mereka pesan.
Pilihan pertama mereka jatuh pada tenant Hong Tang, dessert khas Taiwan dan Hongkong yang terbuat dari gula merah dengan isian alami seperti grass jelly, soya, dan sebagainya, ditambah ice cream di tengah-tengah mangkuk. Ayla dan Fira cukup lama berdiskusi karena Ayla sedang batuk dan tidak boleh minum yang dingin. Tapi keinginan untuk makan Hong Tang sudah lama dipendam, jadi akhirnya mereka sepakat membeli satu porsi untuk dimakan bersama. Mereka ingin ice cream rasa matcha, tapi sayangnya sedang kosong.
Setelah memesan Hong Tang, mereka berpisah untuk mencari makanan masing-masing. Ayla yang sudah kelaparan langsung tergoda melihat tenant ayam geprek dan ayam penyetan. Ia memesan ayam geprek keju mozzarella—karena dia memang pecinta keju. Setelah membayar, ia kembali ke tempat mama duduk. Rupanya mama dan Fira memilih burger dan kentang goreng karena sedang tidak ingin makan nasi. Ayla tak masalah karena sudah ngiler ingin makan ayam geprek.
Tak lama, pesanannya datang. Ayla menyantap ayam geprek itu—menurutnya, rasanya cukup worth it untuk ukuran foodcourt. Sambalnya pedas sekali dan membuatnya kepedesan. Semoga saja tidak berujung sakit perut. Untungnya ada segelas teh hangat yang membantu meredakan pedasnya.
Beberapa menit kemudian, papa datang dan ikut memesan makanan. Kali ini nasi goreng—yang ternyata porsinya besar sekali. Ayla dan Fira yang sudah kenyang langsung memilih “kabur” (bercanda), jalan-jalan lagi agar tidak disuruh bantu menghabiskan.
Tujuan mereka berikutnya adalah toko skincare dan makeup. Meskipun tidak berniat beli, mereka tetap senang melihat-lihat. Setelah itu, mereka menuju toko perintilan lucu. Ayla sempat ingin membeli notebook, tapi tidak ada yang cocok. Akhirnya mereka kembali ke foodcourt dan pulang bersama keluarga.
[Senin pagi - Mengawas ujian kelas 1]
Alarm di ponsel Ayla berbunyi sejak pukul 5 pagi, berdering setiap lima menit. Ia sengaja memasangnya bertahap agar tidak kebablasan. Dengan malas, ia mematikan alarm dan berusaha bangkit dari kasur. Rasanya berat sekali karena hari itu ia harus ke sekolah dan bimbel.
Meskipun tidak mengajar di sekolah karena anak-anak sedang ujian, tetap saja rasanya enggan. Tapi akhirnya ia bangkit juga dan bersiap. Pukul 7.30 ia berangkat, dan tiba pukul 8.00. Tak lama, wali kelas 1 memintanya membantu mengawas. Ayla pun menyanggupi.
Anak-anak kelas 1 memang berbeda. Masih polos, belum banyak tingkah. Tidak seperti anak-anak kelas 4, 5, dan 6 yang biasa dia ajar. Mengawasi anak-anak kecil ini terasa lebih ringan dan menyenangkan.
Pukul 9, ia selesai mengawas. Ia langsung ke ruang guru karena perutnya mulai lapar. Ia makan bekal roti yang dibawa dari rumah. Sisa waktunya di sekolah ia gunakan untuk mengoreksi tugas anak kelas 4 dan membuat kunci jawaban ujian akhir semester.
[Bimbel]
Pukul 11.00, aktivitas di sekolah selesai. Karena anak-anak ujian, mereka pulang lebih awal. Ayla langsung menuju bimbel dan tiba sebelum pukul 13.00. Masih ada waktu untuk menyiapkan kelas: menyusun worksheet, alat tulis, dan merapikan ruangan. Setelah itu, ia sholat Dzuhur dan makan siang.
Anak-anak mulai berdatangan.
Kelas pertama adalah Bimba baca-tulis. Harusnya ada empat murid—Erika, Fajar, Diana, dan Emy. Tapi ternyata ada satu murid baru, Nazwa, yang sedang uji coba. Jadi total ada lima anak. Cukup ramai, tapi Ayla masih bisa mengendalikan kelas. Anak-anak bergantian belajar dan mewarnai.
Kelas kedua adalah berhitung: Kiara, Kevin, dan Rafly. Seharusnya ada Sonny tapi Sonny tidak hadir. Suasana tetap terkendali. Kelas ketiga masih berhitung: Kiara, Luna, Ardy, dan Putri. Lebih tenang dari sebelumnya.
Kelas terakhir adalah bimbel matematika SD. Harusnya dua murid—Yuni dan Haidar. Tapi hanya Yuni yang datang. Ini jadi waktu yang menyenangkan buat Ayla, karena Yuni adalah murid terdekatnya. Mereka punya banyak kesamaan, jadi obrolannya terasa akrab seperti teman.
[Pulang]
Pukul 17.00, semua aktivitas selesai. Yuni pamit pulang, dan Ayla merapikan ruang kelas. Ia mematikan lampu dan AC, lalu berpamitan dengan Kak Vio dan Kak Dita. Di perjalanan, ia sempat mampir membeli piscok, baru kemudian pulang ke rumah.
Hari itu padat, tapi berjalan lancar. Anak-anak tidak membuat ulah, tidak ada kejadian mengejutkan. Ayla merasa lega. Semoga hari-hari berikutnya juga seperti ini.
No comments:
Post a Comment