Wednesday, September 12, 2012

Sekolah Baru

            Mira terpesona melihat gedung itu. Gedung itu besar, tinggi, dan luas. Halamannya tak kalah luas. Halaman itu biasanya dipakai murid-murid untuk berupacara. Mama mengagetkan Mira.
"Bagaimana? Kamu mau sekolah disini apa di SDN Polisi 5?" tanya mama.
"Eng… aku mau disini aja deh, tapi kita ke Polisi 5 dulu aja, lihat-lihat," kata Mira sambil menggenggam lengan mamanya. Mama tersenyum lalu menengok ke seorang bu guru yang ada di sebelahnya.
"Saya tinggal sebentar ya bu, nanti saya akan kembali kesini lagi," kata mama.
"Baik bu, saya tunggu," ucap bu guru itu ramah.
"Permisi," salam mama, lalu beliau segera menaiki mobil. Mira mengikuti.
            Sesampainya di SDN Polisi 5, seorang bapak-bapak berseragam guru tengah menunggu di pintu pagar. Bapak-bapak itu adalah salah seorang guru di SDN Polisi 5.
            "Permisi pak, anda guru sekolah ini?" tanya mama.
"Oh ya betul bu. apakah ini adik Mira Fairus Akbar?" tanya sang bapak.
"Betul pak, saya hendak mengantar anak saya melihat-lihat sekolah ini sebentar," kata mama "bolehkah pak?" beliau menyambung.
"Oh ya dengan senang hati mari saya antar," kata bapak-bapak itu.
"Mira, kamu sama pak guru dulu ya. Kalau kamu masuk sini, beliau akan menjadi gurumu. Beliau bernama Pak Heri, mama akan ke SDN Cibuluh 1 dulu ya. Itu gedung besar yang tadi," kata mamanya. Mira mengangguk.
"Iya ma," segera saja Mira menggandeng tangan Pak Heri, sedangkan mamanya masuk ke mobil espas mereka. Lalu mobilpun berjalan.
"Nah nak, sini bapak antar keliling sekolah. Kamu hebat keterima di dua sekolah sekaligus," puji Pak Heri sambil tersenyum.
"Terimakasih pak," kata Mira. Dia membalas senyum calon gurunya.
Manis sekali anak ini. Semoga dia akan masuk kesini. Batin Pak Heri.
"Nah Mira ini ruang kelas satu. Yang ini 1A, lalu 1B,1C,1D,1E, dan 1F. katanya kamu akan masuk 1F. ruang kelas yang bapak ajar," kata Pak Heri.
"Oh..," komentar Mira singkat.
"Yang didepannya kelas 2. dari A-F, sama seperti kelas 1. lalu yang di ujung sana kelas 5. dari A-F juga. Kelas 1-6 abjadnya A-F. di sebelah kelas 5 ada UKS, ruang guru, dan perpustakaan. Di depan perpustakaan ada kamar mandi. Lalu disebelah kamar mandi ada ruang kelas 3. di bagian atas ada kelas 6. lalu di tengah-tengah, yang ini dibagian terpisah dari kelas-kelas lain berdiri ruang kelas 4. kamar mandi disekolah kita ada 10. perpustakaannya 3. satu untuk menyimpan buku-buku pelajaran, dua untuk buku-buku majalah dan ensiklopedia, sedangkan yang tiga untuk buku komik, pilih sendiri petualanganmu, komik sejarah, cerpen-cerpen, dan novel-novel anak. Ruang guru ada 2. yang satu untuk istirahat guru, dan yang satu lagi untuk rapat. UKS ada 1. biasanya di sekolah kami ada dokcil atau dokter kecil. Anak-anaknya adalah anak-anak kelas 5 dan 6. nah disini adalah daftar-daftar ekskul, dan daftar seragam kamu boleh mambacanya. Nanti kita akan kekelas kita dan kamu boleh melihat-lihat dalamnya, bapak tunggu kamu di ruang duduk ya?" jelas Pak Heri panjang lebar.
"Baik pak," kata Mira sopan. Setelah Pak Heri pergi, Mira segera menghampiri sebuah papan. Disitu terpancang daftar ekskul, dan daftar seragam.
"Ekskulnya setiap hari sabtu. Ada menari, menggambar dan mewarnai, pramuka, taekwondo, PKS, PMK wah apalagi itu PMK, oh ternyata Palang Merah Kecil. Hihihi ada-ada aja," Mira terkikik kecil, lalu melanjutkan membaca daftar itu lagi, "renang. Asyiiikk! Futsal, basket, bulutangkis, voli. Ih gak level deh olahraga kayak gitu. Lalu drum band, dan marching band. Wah banyak banget. Aku mau ikut apa ya?" tanya Mira pada diri sendiri. Keningnya berkerut.
"Kamu pengen ikut apa Mir?" tanya Pak Heri yang tiba-tiba muncul.
"Eng saya bingung pak. Ekskulnya banyak banget deh. Saya pengen ikut taekwondo, renang, PKS, PMK, dan menari. Wah! Saya jadi bingung, kan harus pilih salah satu ya pak?" tanya Mira. Pak heri mengangguk.
"Pilih salah satu yang paling kamu sukai saja," saran Pak Heri.
"Yang paling saya sukai? Emmm apa ya? Mungkin renang. Aku belum pernah berenang kecuali berenang di kolam plastik saat umur saya empat tahun. Ya sudah saya ingin berenang," sorak Mira semangat.
"Bagus kau sudah tahu apa yang ingin menjadi ekskulmu. Tapi kau juga harus mambaca jadwal seragam kelas satu," kata Pak Heri.
"Ya," kata Mira sangat singkat lalu membaca jadwal seragam kelas satu.
"Senin seragam putih-putih pendek. Pakai topi dan dasi untuk upacara. Sepatu hitam dan kaus kaki putih. Selasa olahraga sepatu kets, dan kaus kaki bebas. Lalu Rabu dan Kamis batik, sepatu hitam kaus kaki putih, Jumat seragam putih-putih panjang sepatu dan kaus kaki putih. Sabtu memakai seragam ekskul sepatu dan kaus kaki bebas," baca Mira.
"Sudah? Nah kamu harus mematuhi tata tertib itu semua. Jika ada yang melanggar hukumannya adalah menyirami seluruh tanaman di sekolah saat jam 10.00 siang. Menjelang pulang," kata Pak Heri. Mira manggut-manggut sambil menyimpan kata-kata itu di memori otaknya menjadi dokumen penting.
"Pak saya ingin melihat kelas yang akan saya tempati dong pak," kata Mira.
"Yuk baiklah," kata Pak Heri.            Mereka pergi ke kelas 1F. Mira terkagum-kagum saat melihat kelasnya. Kelasnya dilengkapi AC dan pengharum ruangan otomatis. Sandaran kursinya empuk. Mejanya terbuat dari kayu yang dicat berwarna-warni. Dilantainya digelar karpet bulu yang halus dan lembut.
"Wah kelas kita memang luarbiasa," kata Mira kagum.
"Yah kelas-kelas lain juga seperti ini," kata Pak Heri. Mira mengamati hasil-hasil karya murid Pak Heri dulu. Yang sekarang sudah naik kelas ke kelas 2.
"Ini karya mantan murid bapak dulu?" tanya Mira.
"Iya. Bagus-baguskan? Nah kalian juga harus menyontoh mereka. Tapi bapak yakin kelas 1 yang sekarang ini sudah pintar menggambar," kata Pak Heri. Tiba-tiba.
"Pak, bapak dipanggil kepala sekolah," kata seorang guru wanita.
"Baik. Nanti saya akan datang," kata Pak Heri, lalu beliau berbisik ketelinga Mira, "ini guru bahasa Inggris kita. Namanya Mrs. Queen. Beliau dulu pernah tinggal di Amerika,". Mira manggut-manggut. Pak Heri segera keluar.
"Lho! Mira," terdengar suara panggilan yang akrab ditelinga Mira. Saat menengok, dia melihat mamanya.
"Ini kelasmu ya?" tanya mama.
"Iya ma, baguskan?" tanya Mira balik.
"Iya, ohya dengar-dengar, Zulfi dan Cintya akan masuk sini," kata mama. Zulfi dan Cintya adalah kedua sahabat Mira saat di TK.
"Benarkah ma? Hore hore hore. Yes yes yes!!!" sorak Mira riuh. Lalu Pak Heri datang. Beliau menggandeng tangan kedua anak. Laki-laki dan perempuan.
"ZULFI?! CINTYA?!" seru Mira. Dia memeluk Cintya dan bersalaman dengan Zulfi.
"Hai Mira. Aku kangen kamu deh," kata Cintya senang.
"Wah Mir, aku gak nyangka kamu bakal masuk sini," kata Zulfi. Dia meremas-remas bungkusan emas.
"Yah, ini baru perkiraan. Aku gak tahu mau masuk mana. Disini apa Cibuluh 1," kata Mira.
"Masuk sini saja lah?" kata Cintya. Mira hanya mengangkat pundak.
"Eh apa itu yang ditanganmu Zul?" tanya Mira.
"Oh… ini bungkus cokelat, kamu mau? Aku bawa banyak. Tadi si Cintya udah aku kasih," kata Zulfi.
"Yang kamu bawa cokelatnya apa bungkusnya doang?" tanya Mira.
"Ya atuh sama cokelatnya dong, gimana sih kamu," kata Zulfi. Mira meleletkan lidah.Zulfi memberikan dua cokelat untuk Mira. Satu berwarna cokelat dan satu berwarna pink.
"Makasih," kata Mira lalu segera melahap cokelatnya yang berwarna cokelat.
"Ya," kata Zulfi.
"Oh ya, ngomong-ngomong, adik kamu masuk TK mana Cin?" tanya Mira.
"TK Islam Al-Husada, ya… daripada bingung mendingan masuk TK-ku dulu deh," kata Cintya. Cintya memang mempunyai dua adik. 1 perempuan dan 1 laki-laki. Yang perempuan bernama Lala, sudah TK nol besar. Sedangkan yang laki-laki yang bernama Ilham, baru masuk TK. Dua-duanya masuk TK Islam Al-Husada.
"Oh begitu. Kalau adik aku masuk TK Melati. TK negeri," kata Mira. Mira mempunyai adik perempuan yang bernama Aisyah.
"Kalau aku adik aku masuk surga," kata Zulfi ikut campur.
"Huuu! Kamu kan gak punya adik, kamunya aja yang ngayal gara-gara pengen punya adik," sorak Mira.
"Lagian siapa yang nanya?" tanya Cintya.
"Gak ada tuh, akukan ngomong sendiri," kata Zulfi tak mau kalah. "kamu aja yang          O ² N,"
"Sudah-sudah jangan bertengkar, kamu Zulfi gak usah ngomong kasar ya?" kata Mira melerai. Zulfi mencibir. Tapi sedetik kemudian dia mengulurkan tangan.
"Iya deh sorry ya aku ngomong kasar," kata Zulfi. Kedua sahabatnya menjabat tangan Zulfi.Mira menggandeng tangan Cintya, Cintya menggenggam tangan Zulfi.ketiga sahabat itu berlari-larian bersama.
"Hei Mira, kamu mau masuk sini saja?" tanya mama yang tiba-tiba muncul di ruang kepala sekolah.
"Oh… eh … uh.. iya," kata Mira gugup karena kaget, "kok mama disitu?".
"Tadi mama ketemu mama Zulfi dan mama Cintya terus dipanggil pak kepala sekolah," jelas mama Mira.
"Oh terus tante mama saya mana?" tanya Cintya.
"Lagi diruang kepala sekolah, mereka belum selesai. Mama maksud mereka karena mama Zulfi juga ada disitu," kata mama.
"Mama saya ada disitu? Baiklah saya mau kesana dulu, terimakasih tante," kata Zulfi, lalu melesat ke ruang kepala sekolah. Cintya mengikuti. Mama merangkul Mira.
"Ke Pizza Hut yuk? mama lapar," kata mama. Mira mengangguk.
"Beliin aku garlic bread ya ma?" kata Mira manja. Mama tersenyum sambil mengangguk. Mereka segera menaiki mobil espas mereka lalu mama mengemudikan ke Pizza Hut. Mira merenung,
"Hari ini asyik sekali. Aku akan bersekolah di SDN Polisi 5. pasti akan menyenangkan berkumpul bersama sahabat-sahabat lama," gumam Mira.

Mimpi Shila

      "Shila Shila gak sadar-sadar juga kamu. Kenapa kamarmu masih berantakan? Tadikan sudah mama suruh beres-beres sedangkan mama gak bisa ngeberesin mainanmu yang berantakan karena mama hamil," omel mama pada Shila.
"Ah ma…! Shila kan capek main," kata Shila beralasan.
"Ayo kerjakan kalau tidak mau mainanmu mama buang. Lagian siapa yang suruh main lama-lama?" tanya mama kesal.
"Tapi ma…" kata Shila.
"Sudah jangan banyak cingcong kerjakan sekarang juga!!!" mama memotong pembicaraan anak tunggalnya.
 Sambil menggerutu Shila naik ke lantai atas menuju kamarnya. Sampai di kamar Shila mengurung diri.Dia menjatuhkan setumpuk mainan yang ada di atas tempat tidurnya lalu merebahkan diri. Tak terasa Shila tertidur. Shila bermimpi.
"Shila bangun," terdengar suara aneh dan asing di telinganya. Shila membuka mata mimpinya lalu terkejut. Di depannya terlihat sekelompok mainan yang menatapnya dengan mata sangar mereka.
"M…m…mau apa k…kalian?" tanya Shila ketakutan.
"Kami datang dari negeri mainan. Disana sedang kemarau panjang. Kami kelaparan. Karena kami pemakan apa saja kami memutuskan untuk pergi ke dunia manusia. Awalnya kami takut karena mengira manusia itu besar, jahat, dan tak tau aturan. Tapi setelah kami datang ke dunia manusia, manusia adalah makhluk lemah dan kecil. Lebih kecil dari kami," jelas boneka kayu sambil menjilat bibir.
"Lalu siapa manusia yang akan kau makan?" tanya Shila.
"Karena kami sangat kelaparan, kami akan memakan wanita montok itu dan seorang wanita cantik yang sedang hamil," kata singa-singaan sambil menunjuk dua wanita yang dimaksud. Mereka tak lain tante dan mama Shila. Mereka diikat di sebuah kursi. Mulut dan mata mereka di tutup dengan saputangan.
"Kalian jahat banget!!!" seru Shila. Lalu kepalanya tertunduk.
"Dan pria ini akan kami jadikan makanan penutup yang lezat," kata orang-orangan sambil menggenggam papa Shila.
"Aduhhh!!! Kenapa sih kalian begitu tega terhadap keluargaku. Oh tidak sekarang aku akan sendirian di rumah selamanya jika papa-mamaku tidak ada! Aku tidak MAU!!!" jerit Shila.
"Shila kamu kenapa sih kok jejeritan di kamar?" tiba-tiba terdengar suara orang yang sangat dicintai Shila. Shila tersadar dan membuka matanya. Matanya yang sesungguhnya, bukan mata mimpi.
"Mama," gumam Shila lalu menyambung, "Syukurlah mama tidak jadi dimakan,"
"Sayang apa maksudmu itu? Apa maksudmu tentang mama tidak jadi dimakan?" tanya mama sambil memeluk Shila. Shila segera menceritakan mimpi buruknya.
            Selesai Shila bercerita, mama tersenyum.
"Shila ternyata kamu cuma mimpi. Tenang ya sayang," kata mama membesarkan hati anaknya.
"Itu memang mimpi tapi seperti betulan. Hiiih! Serem ma. Untung gak betulan," kata Shila. Shila dan mama tertawa bersama.
"Yah tugasmu sekarang hanya membereskan kamarmu," kata mama.
"Oke ma!!!" seru Shila riang dan menjalankan tugas dari mama.

Terimakasih Rumput Laut

Nemo si ikan badut sedang bermain bersama Pira si ikan pari. Mereka sedang bermain kejar-kejaran. Kelihatannya sangat asyik. Sementara itu, Rula si rumput laut sedang mengamati Nemo dan Pira yang asyik bermain.
Wah betapa senangnya mereka, aku juga ingin bermain dengan mereka, pikir Rula. Rula berseru memanggil Nemo dan Pira.
"Halo bolehkah aku bermain dengan kalian?" tanya Rula. Nemo dan Pira berdiskusi sejenak. Lalu Nemo berkata tegas.
"Tidak! Kau mana bisa berenang, kami tak bisa bermain denganmu. Lagipula kami tidak kenal kau," kata Nemo. Rula tertunduk sedih. Nemo dan Pira pergi meninggalkan Rula dengan angkuh.
Pada suatu pagi yang cerah, nemo sedang berjalan-jalan sekaligus mencari makan. Akhirnya dia menemukan sebuah rumput laut yang terlihat segar dan indah. Akan tetapi seekor hiu mengincar dirinya.
"Hai ikan badut sepertinya kau cocok kujadikan sarapan?!" kata hiu itu.
"A… tolong akuuu tolooong!!!" teriak Nemo. Nemo berenang secepat-cepatnya. Beberapakali  si hiu akan menggigit Nemo dengan gigi-gigi runcingnya.
SLAP!!! Hampir saja ekor Nemo tergigit. Tapi secepat kilat Nemo manghindar. Nemo bersembunyi di balik kerang besar.
Semoga si hiu tidak mengetahui persembunyianku, batin Nemo.
"Teman kemarilah berlindunglah di dalam dedaunanku yang rimbun, kau takkan ketahuan," tiba-tiba terdengar suara Rula. Dengan cepat Nemo bersembunyi di balik daun Rula. Terlihat si hiu yang marah karena mangsanya melarikan diri. Si hiu pergi dengan putus asa.
"Horeee… aku selamat terimakasih ya kawan, maafkan aku karena kemarin aku tidak mau bermain denganmu. Namaku Nemo," kata Nemo.
"Sama-sama namaku Rula," kata Rula.
"Kau tahu nama ikan pari yang kemarin bermain denganku itu bernama Pira. Aku akan menceritakan pegalamanku padanya, pasti dia takkan percaya," kata Nemo. Rula tersenyum.
"Ternyata walaupun kau tidak bisa berenang kau mamiliki dedaunan rimbun sehingga para ikan bisa bersembunyi di balikmu saat ada musuh," kata Nemo.
"Ya sebetulnya kau juga punya kelebihan," jelas Rula. Mereka tertawa bersama. Akhirnya semenjak itu Rula tak pernah sendirian lagi.

Balasan Pertolongan

 Aviva berjalan meniti di trotoar jalan. Sesekali dia terbatuk-batuk karena asap kendaraan bermotor. Tiba-tiba Aviva melihat seorang kakek pengemis meminta-minta di sebuah mobil yang berhenti di lampu merah. Tapi Aviva mendengar sang pengendara mengusir pengemis itu lalu mendorong kakek pengemis dari jendela sampai terjatuh. Aviva menutup mulut karena kasihan. Mobil itu segera melaju karena sudah lampu hijau. Aviva mendekati si kakek yang mengusap-usap tangannya yang merah teberset pinggir trotoar.
"Kek, kakek tidak apa-apa?" tanya Aviva.
"Iya neng kakek gak apa-apa," kata si kakek.
"Kek, kakek lapar ya? Ini saya masih punya sebuah bekal dan uang. Di makan ya kek," Aviva menyerahkan bekal dan selembar uang lima ribu kepada si kakek.
"Alhamdulillah makasih ya Allah makasih neng. Oh ya ini hadiah buat si eneng atas kebaikan neng," kakek itu menyodorkan sebuah benda yang terselubung koran.
"Ah tidak usah kek, saya ikhlas kok," kata Aviva sambil mundur selangkah. Kakek itu memaksa Aviva untuk menerima benda itu, dan akhirnya Aviva menerima benda itu.
"Terimakasih kek," ucap Aviva dan memasukan benda itu ke dalam tasnya.
"Ini bekal eneng udah habis makasih juga ya neng," kata si kakek. Aviva menerima kotak bekalnya lalu pergi sambil melambaikan tangan ke arah kakek pengemis. Si kakek membalas sambil tersenyum senang.
                                                      ****
Aviva menggeletakkan dirinya ke tempat tidur di kamarnya. AC kamar dinyalakan karena udara sangat panas. Aviva menatap ke sekeliling kamar seperti baru saja menempati sebuah kamar baru. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah benda yang terbungkus koran dari si kakek. Bungkusan itu di taruhnya di meja belajar. Aviva segera bangkit berdiri dan membuka bungkusan itu. Saat di buka isinya sebuah buku diari yang manis dan lucu.
"Wow!" hanya kata itu yang keluar dari mulut Aviva. Di bukanya lembar demi lembar. Isinya banyak. Sekitar tujuh puluh lima lembar. Di ambilnya bolpoin dari tempat pensil lalu mulai menulis.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Kita intip yuk tulisan Aviva :
 
                                                Dear DIARY
Wuahh!! Capek sekali aku. Tadi saat aku pulang sekolah, di jalan aku melihat seorang kakek miskin yang minta-minta ke sebuah mobil orang kaya. Tapi kakek di usir sama yang punya mobil. Jahat banget kan? Trus aku ngasihin si kakek pengemis itu bekalku dan sisa uang jajanku. Si kakek seneng dan aku di beri dia diary ini. Awalnya aku nolak tapi karena si kakek maksa ya udah aku ambil kamu.
Terimakasih kek, semoga kakek menjadi orang yang sabar, dan selalu tabah menghadapi ujian dari Allah.
~Aviva~.
 
Aviva kembali membaringkan diri ke pembaringan. Entah kenapa dia sangat capek. Tiba-tiba pemandangan di depannya sudah terlihat buram karena matanya setengah tertutup dan akhirnya Aviva tertidur.