Tuesday, December 25, 2012

Menjadi Kakak yang Baik

Keluarga Tya sedang makan malam bersama. Di keluarga itu hanya ada 3 orang. Tya, papa, dan mama. Tapi ada suatu berita baru bagi Tya.
            "Tya, papa mau ngomong sesuatu sama kamu. Boleh kan?" tanya papa pada Tya yang sedang menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Tya hanya mengangguk. Papa mengerling pada mama. Mama tersenyum.
            "Tadi papa dan mama pergi ke dokter. Ternyata saat di periksa, di dalam perut mama ternyata ada janin bayi," kata papa. Tya nyaris tersedak mendengarnya.
            "Janin bayi? Jadi… jadi…," Tya gelagapan. Mukanya merah karena senang.
            "Ya. Mama hamil lagi. Kamu akan mendapat seorang adik Tya. Bagaimana perasaanmu?" tanya mama sambil mengelus kepala Tya.
            "Tya senang ma. Horeee! Tya akan mendapat adik bayi," sorak Tya gembira. Mama dan papa tertawa melihat tingkah Tya.
            "Adik laki-laki atau perempuan ma?" tanya Tya.
            "Dokter belum bisa memastikan karena bayi itu masih kecil sekali. Jadi belum bisa di perkirakan. Sabar ya sayang," kata mama. Tya manggut-manggut.
                                                               ****
Keesokan harinya, hari Minggu. Keluarga Tya biasanya berolahraga jalan pagi. Tya sudah siap dengan pakaian training dan sepatu kets-nya yang di belikan orangtuanya saat sedang jalan-jalan ke pertokoan.
            "Papa, mau jalan-jalan kemana sekarang?" tanya Tya.
            "Sekarang jangan jauh-jauh dulu karena mama sedang mengandung. Bagaimana kalau mengelilingi jalan desa kecil di belakang jalan ini? Jaraknya lumayan tapi lebih pendek dari biasanya," kata papa menyarankan.
            "Mama, masih sanggup berjalan jauh kok! Tapi karena Tya besok jadwal sekolahnya ketat memang lebih baik jangan jalan jauh-jauh dulu," kata mama. Akhirnya semua setuju dengan tujuan jalan-jalan hari ini.
            "Tya, kalau nanti adik lahir, kamu harus bisa menjadi kakak yang baik ya," nasihat mama.
            "Menjadi kakak yang baik gimana caranya ma?" tanya Tya bingung.
            "Misalkan kalau mama sibuk, kamu harus bisa menjaga adik agar tidak menangis dan tidak rewel," jelas mama. Tya manggut-manggut.
            "Menjadi kakak yang baik susah ya ma," kata Tya.
            "Ya, kalau kamu sabar menjadi kakak yang baik itu gampang kok," kata mama.
            "Oh begitu," kata Tya. Mereka kembali ke rumah. Di rumah, Tya kembali bertanya-tanya soal adik barunya itu.
            "Ma, nanti adik akan di beri nama siapa?" tanya Tya
"Mama gak tau apakah adikmu itu laki-laki atau perempuan. Tapi yang jelas kalau laki-laki mama akan menambahkan nama Muhammad. Kalau perempuan mama beri nama Fatimah, Aisyah, atau Azzahra. Atau nama-nama islami lainnya. Tunggu saja nanti," kata mama sambil mengedipkan sebelah mata pada Tya. Tya tersenyum senang.
Aku tak sabar ingin segera ke sekolah menceritakan hal ini pada Dita. Dia pasti akan senang mendengar kabar ini J  kata Tya dalam hati. Tya pergi ke kamarnya untuk membereskan buku buat besok senin.
                                                   ******
Keesokan harinya, Tya sudah siap akan berangkat ke sekolah. Dangan di antar papanya naik mobil, Tya berangkat ke sekolah dengan hati riang dan bersemangat.
"Ma, Tya berangkat dulu. Assalamualaikun," pamit Tya sambil menyalami tangan mamanya.
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya Tya," kata mamanya.
"Oke ma!" kata Tya sambil mengacungkan jempol. Tya dan papa segara berangkat.
Sesampainya Tya di sekolah setelah pamit dan salim ke papanya, Tya segera berlari menuju kelasnya yaitu kelas 5A. ternyata Dita sudah menunggunya.
"Hai Tya," kata Dita begitu melihat Tya muncul di ambang pintu.
"Hai Dita. Aku punya kabar gembira buat kamu lho! Seneng banget," kata Tya sambil lonjak-lonjak.
"Hei hei tenanglah. Kabar apa?" tanya Dita penasaran.
"Kabar gembira sekali. Mamaku sedang mengandung. Dan aku akan mempunyai seorang adik," kata Tya heboh. Sesaat Dita diam mencerna kata-kata Tya itu. Tapi kemudian dia ikut tersenyum.
"Wah! Tya selamat ya. Punya adik itu enak lho! Aku juga mengalaminya. Tapi terkadang punya adik itu menyebalkan," kata Dita. Dita memang mempunyai seorang adik laki-laki bernama Akbar. Tya sering iri melihat ke akraban Dita dengan Akbar saat mereka pergi ke rumah Dita. Tapi sekarang tidak karena Tya akan mempunyai seorang adik.
"Menyebalkan bagaimana?" tanya Tya.
"Yah! Terkadang adik itu rewel sekali. Sering menangis. Kitapun harus sering mengalah padanya. Lalu kalau adik kita itu kenapa-kenapa kita yang di salahkan karena kita tidak menjaga adik dengan benar," kata Dita menerangkan. Dia ingat kalau dia pernah di marahi ibunya karena tangan Akbar terjepit pintu sampai menangis meraung-raung saat Dita sedang asyik nonton teve. Dita dimarahi karena tidak menegur Akbar dan memberitahunya kalau main pintu itu berbahaya. Saat itu Dita kesal sekali pada Akbar. Tya tertawa melihat raut muka Dita saat menceritakan kisah itu.
"Hahahahaha memang menjaga adik itu bukan sesuatu yang mudah. Kita harus bersabar dan butuh kecermatan," kata Tya. Dia ingat ucapan mama saat malam hari menjelang dia tidur. Dita diam saja.
                                                 ******
Beberapa bulan kemudian, saat Tya baru pulang sekolah, dia mendapati rumahnya sepi.
"Assalamualaikum," salam Tya saat masuk ke rumah. Tapi tidak ada yang menjawab. Seketika Tya menjadi takut.
"Papa….! Mama….!" Panggil Tya. Tak ada suara apapun. Tya semakin takut. Tapi tiba-tiba dari rumah sebelah terdengar seseorang berseru.
"Tya!" panggil orang itu. Tya menengok. Dia melihat Ninis temannya.
"Nis, liat orang tuaku gak?" tanya Tya pada temannya itu.
"Oh orang tuamu. Sini dulu deh kamu masuk ke rumahku dulu," kata Ninis yang bukannya menjawab malah menyuruh Tya masuk ke rumahnya. Tya memasuki rumah Ninis.
"Kamu ngomong aja ama bundaku. Bunda tau dimana orang tuamu kok," kata Ninis sambil tersenyum.
"Tapi… Emang kamu gak tau apa-apa soal orang tuaku?" tanya Tya. Ninis tersenyum penuh rahasia. Tya sampai heran. Ninis mendorong-dorong Tya menuju bundanya.
"Emmm assalamualaikum tante," salam Tya begitu sampai di dekat bunda Ninis.
"Waalaikumsalam Tya. Ada apa?" tanya bunda Ninis atau biasa di panggil Tante Billa oleh Tya.
"Dimana orangtua saya saat ini? Apa tante tau? Saya di suruh bertanya ke tante oleh Ninis," kata Tya.
"Oh orang tuamu? Tante tau," kata Tante Billa.
"Dimana tante?" tanya Tya semangat.
"Di rumah sakit," kata Tante Billa
"Di rumah sakit? Memangnya mama dan papa kenapa?" tanya Tya yang cemas seketika. Tante Billa dan Ninis yang duduk tak jauh dari tempat Tya dan Tante Billa tertawa.
"Mereka gak apa-apa kok Tya. Mereka ke rumah sakit karena mamamu melahirkan," kata Tante Billa. Mata Tya membulat seketika.
"MELAHIRKAN????!!!!" kata Tya hampir berteriak saking terkejutnya.
"Iya Tya, mamamu melahirkan adikmu," kata Ninis sambil tertawa geli melihat wajah Tya yang kaget.
"Lalu…. Lalu bagaimana caraku menyusul mama ke rumah sakit?" tanya Tya.
"Kamu kan bisa berangkat bareng tantemu yang tinggal di Jalan Demak," kata Tante Billa.
"Oke. Makasih ya tante. Makasih ya Ninis, aku siap-siap dulu. Assalamualaikum," Tya ngacir ke rumahnya. Dia menggeletakkan tasnya lalu berganti baju. Dia memasukkan buku, minum dan handphone nya ke tas kecil yang selalu Tya bawa kemana-mana tiap dia pergi. Lalu dia segera berlari menuju Jalan Demak. Tya Tya! Kamu itu anaknya memang selalu tidak sabaran. Tya sampai di rumah tantenya di Jalan Demak. Keringatnya bercucuran karena berlari dari Jalan Singasari (jalan tempatnya tinggal) sampai Jalan Demak.
"Assalamualaikum. Tante!!! Tante Fanny!!!" seru Tya di depan rumah Tante Fanny tantenya.
"Waalaikumsalam. Eh Tya, kebetulan tante sedang akan ke rumahmu menjemputmu. Ayo," kata Tante Fanny. Tya yang tau apa tujuan Tante Fanny berkata "Ayo" itu masuk ke rumah Tante Fanny lewat pintu garasi yang terbuka lebar. Mobil Fortuner milik tantenya menyala. Rupanya sedang di panaskan mesinnya. Tantenya ada di dalam mobilnya. Tya masuk ke mobil tantenya.
"Selamat ya Tya kini kamu sudah memiliki adik," kata Tante Fanny. Tya tersenyum bahagia. Napasnya masih tersengal-sengal. Tante Fanny memacu mobilnya menuju jalan raya.
                                                   ******
"Kita akan ke rumah sakit mana tante?" tanya Tya di perjalanan.
"Mamamu melahirkan di RS Kasih Ibu tempat kamu juga di lahirkan," kata Tante Fanny. Tya manggut-manggut. Dia sudah lupa bagaimana RS Kasih Ibu itu. Karena saat dia sakit, dia di rawat di rumah sakit lainnya.
Sesampainya di rumah sakit, Tante Fanny segera membawa Tya menuju receptionist. Di situ Tante Fanny menanyakan kamar tempat mama dan papa Tya.
"Mbak saya ingin bertanya dimana ya kamar Bu Rahma Cantika yang sedang melahirkan itu?" tanya Tante Fanny pada mbak-mbak penjaga.
"Sebentar ya bu," mbak tersebut mencari sebuah data di komputernya.
"Bu Rahma ada di kamar nomer 53 lantai 3 ," jelas mbak penjaga itu.
"Baiklah. Terimakasih mbak. Ayo Tya," Tante Fanny menggandeng tangga Tya dan membawanya menaiki lift menuju lantai 3. Di lantai 3, Tya celingukan mencari kamar nomer 53. Begitupun tantenya.
"Ini dia!" Tya nyaris berteriak. Tapi tidak jadi karena dia ingat kalau dia di rumah sakit. Tante Fanny mengetuk pintu kamar.
"Ya, tunggu sebentar," terdengar suara papa. Pintu di buka dan Tya langsung menghambur ke pelukan papa seakan sudah setahun tidak bertemu.
"Papa bagaimana keadaan mama? Bagaimana pula keadaan adik bayi? Sehat? Daritadi Tya sudah cemas," kata Tya.
"Kamu lihat aja sendiri ke dalam. Ayo masuk. Halo dek," sapa papa pada Tante Fanny yang memang adiknya. Tante Fanny senyum dan masuk ke kamar. Ternyata di kamar itu ada 3 ruangan. 1 kamar mandi dan 2 kamar pasien. Mama ada di kamar kedua. Tiap kamar di batasi tirai. Tya menyingkapkan tirai itu dan kemudian Tya melihat mamanya berbaring di kasur.
"Mama! Bagaimana keadaan mama? Adik bayi dan mama sehatkan?" Tya langsung memeluk mamanya. Mama tersenyum.
"Ya mama baik-baik aja. Adikmu juga baik. Sekarang adik bayi lagi ada di ruangan khusus bayi bersama bayi-bayi lainnya," kata mama.
                                                            ******
Sudah seminggu adik bayi berada di rumah. Adik bayi perempuan dan di beri nama Nuraisyah Rahimawati. Panggilannya Ais. Nama-nama di keluarganya semua memakai nama Nur. Tya bernama Atyah Nuryasmin. Mama Tya Nurrahma Cantika. Dan papa Tya Muhammad Nurcahyo Saputra. Lalu adik baru Tya bernama Nuraisyah Rahimawati. Tya senang sekali mempunyai adik lucu seperti Ais. Walaupun kata orang-orang Tya dan Ais tidak mirip, tapi Tya teteap menyayanginya. Ais lebih mirip mama dan Tya lebih mirip papa. Keluarga Tya jadi bertambah harmonis dengan kedatangan Ais.
 
                                      TAMAT

MY BEST FRIEND FOREVER

Suatu hari seorang anak bernama (nama kamu) dan (nama sahabat kamu) sedang duduk di sebuah taman yang indah. (Nama kamu) dan (nama sahabat kamu) adalah sepasang sahabat.
Sahabat kamu : (nama kamu) semoga hubungan persahabatan kita tetap utuh selamanya
Kamu : iya benar. Kita akan pertahankan hubungan kita. Oh ya (nama sahabat kamu) aku punya sesuatu buat kamu
Sahabat kamu : apa?

Kamu mengeluarkan seuntai kalung dan menyerahkannya pada sahabatmu. Di kalung itu berbandul nama sahabat kamu.
Sahabatmu : ya ampun. Makasih banyak (nama kamu). Tapi kamu ga punya kalung lain?
Kamu : ada kok. Ini dia

Kamu menunjukkan kalung yang sama dengan sahabatmu di leher kamu. Hanya bandulnya nama kamu.
Sahabat kamu : kita akan jadi sahabat selamanya. Kalung ini sebagai pengikat kita berdua

Kamu dan sahabatmu berpelukan.

SKIP

Sebulan kemudian di bulan april, kamu melihat sahabat kamu dateng ke sekolah dengan wajah sedih.
Kamu : kenapa (nama sahabat kamu) ?
Sahabat kamu : boleh aku ngomong ama kamu di taman sekolah?

Kamu hanya mengangguk. Di taman sekolah tiba" sahabat kamu menelukmu.
Sahabat kamu : ini minggu terakhir aku di sekolah ini. Minggu depan, aku dan keluargaku akan pindah ke singapura
Kamu : pindah ke singapura? Kenapa?
Sahabat kamu : ayahku di pindah kerja ke singapura dan kami sekeluarga ikut pindah
Kamu : tapi... Kenapa kamu harus ikut?
Sahabat kamu : aku ga tau. Tapi bundaku bilang keluarga kami harus ikut ayah. Maaf ya (nama kamu) kalo aku ada salah ama kamu
Kamu : iya. Aku ga pernah marah kok ama kamu

Kamu dan sahabat kamu berpelukan begitu erat sambil meneteskan air mata.

Seminggu kemudian, kamu mengantar (nama sahabatmu) ke bandara. Pesawat yang akan di tumpangi keluarga sahabatmu belum datang. Kamu dan sahabat mu masih sempat makan siang di warteg. Tapi dua jam kemudian, pesawatnya datang. Kamu dan sahabatmu berpelukan sangat erat. Air mata mengalir deras di pipimu dan pipi sahabatmu.
Kamu : (nama sahabat kamu) jangan lupakan aku. Kalung ini akan menjadi pengikat diantara kita. Meskipun jarak kita berjauhan hati kita masih terikat erat
Sahabatmu : iya (nama kamu). se... Sekarang... Udah.... Waktunya.... Aku..... Berangkat

Dengan berat kamu melepaskan pelukanmu dan sahabatmu.
Kamu : kita pasti akan bertemu lagi
Sahabat mu : pasti! Aku hanya dua tahun di singapura

2 tahun! Bagimu serasa 1 abad tanpa sahabatmu. Pesawat sahabatmu take off dan tak lama mengudara. Kamu melambaikan tangan sampai pesawat sahabatmu tak terlihat.

Sebulan setelah kepergian sahabat kamu, di sekolahmu kedatangan murid baru. Namanya adalah Talita. Anaknya mirip dengan (nama sahabat kamu) yang telah di singapura. Ternyata talita duduk di sebelah kamu.
Kamu : hai namaku (nama lengkap kamu) panggil aja (nama kamu)
Talita : aku talita putri. Panggilannya talita
Kamu : salken ya =)
Talita : iya =)

Ternyata segalanya dari talita mirip kepribadian (nama sahabat kamu). Kamu memutuskan untuk menjadikan talita sahabat barumu.

2 tahun kemudian, kamu sudah kelas (2 tahun setelah kelas kamu. Misal kelas 4 jadi kelas 6). Kamu sudah tidak sedih akan kepergian (nama sahabat kamu). Tapi hari ini tanggal 3 april 2014 terjadi sesuatu yang sangat menyedihkan sekaligus menyenangkan bagimu.

Kamu sedang berjalan menuju warung dekat rumahmu. Tapi kamu harus menyebrangi jalan besar. Dengan hati" kamu menyebrang. Tapi dari jauh sebuah sepeda motor melaju sangat kencang sehingga kamu tertabrak sepeda motor tersebut. Kamu pingsan. Sebelum pingsan kamu seperti mendengar suara seseorang yang kamu kenal baik.
3 jam kemudian, kamu membuka mata. Tampak kamu berada di sebuah ruangan. Matamu berkunang" karna silau oleh cahaya lampu. Kepala kamu pusing. Kamu meraba kepalamu dengan tangan kanan. Kamu sadar kalau kepalamu di balut perban. Tangan kirimu terasa sakit. Kamu meliriknya dan kamu melihat kalau tanganmu juga di balut perban putih. Kamu merengut. Ingat kejadian saat kecelakaan tadi. Kamu berada di salah satu kamar di rumah sakit. Tiba" pintu terbuka. Muncul seorang perempuan dewasa dan seorang remaja wanita. Perempuan itu adalah mamamu.
Mama : ya ampun (nama kamu) kenapa kamu bisa begini?

Kamu tak bisa menjawab pertanyaan mamamu. Kamu hanya membisu menatap gadis yang berdiri di dekatnya.
Mamamu : anak ini yang membawamu, dan menolongmu saat kecelakaan sampai di rumah sakit.

Kamu dan gadis itu saling tersenyum. Rasa"nya kamu kenal dengan gadis itu.
(Nama sahabatmu) : kamu ngga apa"?
Kamu : iya. Ga papa :>
Sahabatmu : syukurlah! Siapa namamu?
Kamu : namaku (nama kamu)
Sahabat mu : (nama kamu)?
Kamu : iya.
Sahabat mu : ini benar (nama kamu)? Ya ampun (nama kamu) aku kangen ama kamu. Ini aku (nama sahabatmu).
Kamu : (nama sahabatmu)

Kamu dan sahabatmu berpelukan. Sayang tangan kirimu tak bisa di gerakkan karena patah tulang. Sahabatmu menyalimi tangan mamamu.
Sahabat mu : tante (nama mamamu) masih ingat saya? Saya (nama sahabatmu)
Mamamu : tentu tante ingat. Apa kabar?
Sahabatmu : baik tante. Alhamdulillah.
Mamamu : makasih ya udah nolongin (nama kamu). Tante berutang budi padamu
Sahabatmu : ah! Ga papa tante. Aku ikhlas. Sama"
Kamu : makasih ya (nama sahabat kamu). Ternyata kamu emang sahabag baikku. Oh ya! Aku punya sahabat baru. Namanya talita. Kepribadiannya mirip kamu lho! Tapi aku ga akan menggeser kamu jadi sahabatku nomer satu
Sahabatmu : baguslah kalo kamu dah punya sahabat baru lagi. Buat ngilangin rasa sedihmu.
Kamu : iya

Kamu dan (nama sahabatmu) berpelukan. Akhirnya hubungan persahabatan mereka terjalin kembali. Sahabatmu juga akan kembali bersekolah denganmu. Kini kamu mepunyai 2 sahabat sejati yaitu (nama sahabatmu) dan talita.

THE END

Wednesday, September 12, 2012

Sekolah Baru

            Mira terpesona melihat gedung itu. Gedung itu besar, tinggi, dan luas. Halamannya tak kalah luas. Halaman itu biasanya dipakai murid-murid untuk berupacara. Mama mengagetkan Mira.
"Bagaimana? Kamu mau sekolah disini apa di SDN Polisi 5?" tanya mama.
"Eng… aku mau disini aja deh, tapi kita ke Polisi 5 dulu aja, lihat-lihat," kata Mira sambil menggenggam lengan mamanya. Mama tersenyum lalu menengok ke seorang bu guru yang ada di sebelahnya.
"Saya tinggal sebentar ya bu, nanti saya akan kembali kesini lagi," kata mama.
"Baik bu, saya tunggu," ucap bu guru itu ramah.
"Permisi," salam mama, lalu beliau segera menaiki mobil. Mira mengikuti.
            Sesampainya di SDN Polisi 5, seorang bapak-bapak berseragam guru tengah menunggu di pintu pagar. Bapak-bapak itu adalah salah seorang guru di SDN Polisi 5.
            "Permisi pak, anda guru sekolah ini?" tanya mama.
"Oh ya betul bu. apakah ini adik Mira Fairus Akbar?" tanya sang bapak.
"Betul pak, saya hendak mengantar anak saya melihat-lihat sekolah ini sebentar," kata mama "bolehkah pak?" beliau menyambung.
"Oh ya dengan senang hati mari saya antar," kata bapak-bapak itu.
"Mira, kamu sama pak guru dulu ya. Kalau kamu masuk sini, beliau akan menjadi gurumu. Beliau bernama Pak Heri, mama akan ke SDN Cibuluh 1 dulu ya. Itu gedung besar yang tadi," kata mamanya. Mira mengangguk.
"Iya ma," segera saja Mira menggandeng tangan Pak Heri, sedangkan mamanya masuk ke mobil espas mereka. Lalu mobilpun berjalan.
"Nah nak, sini bapak antar keliling sekolah. Kamu hebat keterima di dua sekolah sekaligus," puji Pak Heri sambil tersenyum.
"Terimakasih pak," kata Mira. Dia membalas senyum calon gurunya.
Manis sekali anak ini. Semoga dia akan masuk kesini. Batin Pak Heri.
"Nah Mira ini ruang kelas satu. Yang ini 1A, lalu 1B,1C,1D,1E, dan 1F. katanya kamu akan masuk 1F. ruang kelas yang bapak ajar," kata Pak Heri.
"Oh..," komentar Mira singkat.
"Yang didepannya kelas 2. dari A-F, sama seperti kelas 1. lalu yang di ujung sana kelas 5. dari A-F juga. Kelas 1-6 abjadnya A-F. di sebelah kelas 5 ada UKS, ruang guru, dan perpustakaan. Di depan perpustakaan ada kamar mandi. Lalu disebelah kamar mandi ada ruang kelas 3. di bagian atas ada kelas 6. lalu di tengah-tengah, yang ini dibagian terpisah dari kelas-kelas lain berdiri ruang kelas 4. kamar mandi disekolah kita ada 10. perpustakaannya 3. satu untuk menyimpan buku-buku pelajaran, dua untuk buku-buku majalah dan ensiklopedia, sedangkan yang tiga untuk buku komik, pilih sendiri petualanganmu, komik sejarah, cerpen-cerpen, dan novel-novel anak. Ruang guru ada 2. yang satu untuk istirahat guru, dan yang satu lagi untuk rapat. UKS ada 1. biasanya di sekolah kami ada dokcil atau dokter kecil. Anak-anaknya adalah anak-anak kelas 5 dan 6. nah disini adalah daftar-daftar ekskul, dan daftar seragam kamu boleh mambacanya. Nanti kita akan kekelas kita dan kamu boleh melihat-lihat dalamnya, bapak tunggu kamu di ruang duduk ya?" jelas Pak Heri panjang lebar.
"Baik pak," kata Mira sopan. Setelah Pak Heri pergi, Mira segera menghampiri sebuah papan. Disitu terpancang daftar ekskul, dan daftar seragam.
"Ekskulnya setiap hari sabtu. Ada menari, menggambar dan mewarnai, pramuka, taekwondo, PKS, PMK wah apalagi itu PMK, oh ternyata Palang Merah Kecil. Hihihi ada-ada aja," Mira terkikik kecil, lalu melanjutkan membaca daftar itu lagi, "renang. Asyiiikk! Futsal, basket, bulutangkis, voli. Ih gak level deh olahraga kayak gitu. Lalu drum band, dan marching band. Wah banyak banget. Aku mau ikut apa ya?" tanya Mira pada diri sendiri. Keningnya berkerut.
"Kamu pengen ikut apa Mir?" tanya Pak Heri yang tiba-tiba muncul.
"Eng saya bingung pak. Ekskulnya banyak banget deh. Saya pengen ikut taekwondo, renang, PKS, PMK, dan menari. Wah! Saya jadi bingung, kan harus pilih salah satu ya pak?" tanya Mira. Pak heri mengangguk.
"Pilih salah satu yang paling kamu sukai saja," saran Pak Heri.
"Yang paling saya sukai? Emmm apa ya? Mungkin renang. Aku belum pernah berenang kecuali berenang di kolam plastik saat umur saya empat tahun. Ya sudah saya ingin berenang," sorak Mira semangat.
"Bagus kau sudah tahu apa yang ingin menjadi ekskulmu. Tapi kau juga harus mambaca jadwal seragam kelas satu," kata Pak Heri.
"Ya," kata Mira sangat singkat lalu membaca jadwal seragam kelas satu.
"Senin seragam putih-putih pendek. Pakai topi dan dasi untuk upacara. Sepatu hitam dan kaus kaki putih. Selasa olahraga sepatu kets, dan kaus kaki bebas. Lalu Rabu dan Kamis batik, sepatu hitam kaus kaki putih, Jumat seragam putih-putih panjang sepatu dan kaus kaki putih. Sabtu memakai seragam ekskul sepatu dan kaus kaki bebas," baca Mira.
"Sudah? Nah kamu harus mematuhi tata tertib itu semua. Jika ada yang melanggar hukumannya adalah menyirami seluruh tanaman di sekolah saat jam 10.00 siang. Menjelang pulang," kata Pak Heri. Mira manggut-manggut sambil menyimpan kata-kata itu di memori otaknya menjadi dokumen penting.
"Pak saya ingin melihat kelas yang akan saya tempati dong pak," kata Mira.
"Yuk baiklah," kata Pak Heri.            Mereka pergi ke kelas 1F. Mira terkagum-kagum saat melihat kelasnya. Kelasnya dilengkapi AC dan pengharum ruangan otomatis. Sandaran kursinya empuk. Mejanya terbuat dari kayu yang dicat berwarna-warni. Dilantainya digelar karpet bulu yang halus dan lembut.
"Wah kelas kita memang luarbiasa," kata Mira kagum.
"Yah kelas-kelas lain juga seperti ini," kata Pak Heri. Mira mengamati hasil-hasil karya murid Pak Heri dulu. Yang sekarang sudah naik kelas ke kelas 2.
"Ini karya mantan murid bapak dulu?" tanya Mira.
"Iya. Bagus-baguskan? Nah kalian juga harus menyontoh mereka. Tapi bapak yakin kelas 1 yang sekarang ini sudah pintar menggambar," kata Pak Heri. Tiba-tiba.
"Pak, bapak dipanggil kepala sekolah," kata seorang guru wanita.
"Baik. Nanti saya akan datang," kata Pak Heri, lalu beliau berbisik ketelinga Mira, "ini guru bahasa Inggris kita. Namanya Mrs. Queen. Beliau dulu pernah tinggal di Amerika,". Mira manggut-manggut. Pak Heri segera keluar.
"Lho! Mira," terdengar suara panggilan yang akrab ditelinga Mira. Saat menengok, dia melihat mamanya.
"Ini kelasmu ya?" tanya mama.
"Iya ma, baguskan?" tanya Mira balik.
"Iya, ohya dengar-dengar, Zulfi dan Cintya akan masuk sini," kata mama. Zulfi dan Cintya adalah kedua sahabat Mira saat di TK.
"Benarkah ma? Hore hore hore. Yes yes yes!!!" sorak Mira riuh. Lalu Pak Heri datang. Beliau menggandeng tangan kedua anak. Laki-laki dan perempuan.
"ZULFI?! CINTYA?!" seru Mira. Dia memeluk Cintya dan bersalaman dengan Zulfi.
"Hai Mira. Aku kangen kamu deh," kata Cintya senang.
"Wah Mir, aku gak nyangka kamu bakal masuk sini," kata Zulfi. Dia meremas-remas bungkusan emas.
"Yah, ini baru perkiraan. Aku gak tahu mau masuk mana. Disini apa Cibuluh 1," kata Mira.
"Masuk sini saja lah?" kata Cintya. Mira hanya mengangkat pundak.
"Eh apa itu yang ditanganmu Zul?" tanya Mira.
"Oh… ini bungkus cokelat, kamu mau? Aku bawa banyak. Tadi si Cintya udah aku kasih," kata Zulfi.
"Yang kamu bawa cokelatnya apa bungkusnya doang?" tanya Mira.
"Ya atuh sama cokelatnya dong, gimana sih kamu," kata Zulfi. Mira meleletkan lidah.Zulfi memberikan dua cokelat untuk Mira. Satu berwarna cokelat dan satu berwarna pink.
"Makasih," kata Mira lalu segera melahap cokelatnya yang berwarna cokelat.
"Ya," kata Zulfi.
"Oh ya, ngomong-ngomong, adik kamu masuk TK mana Cin?" tanya Mira.
"TK Islam Al-Husada, ya… daripada bingung mendingan masuk TK-ku dulu deh," kata Cintya. Cintya memang mempunyai dua adik. 1 perempuan dan 1 laki-laki. Yang perempuan bernama Lala, sudah TK nol besar. Sedangkan yang laki-laki yang bernama Ilham, baru masuk TK. Dua-duanya masuk TK Islam Al-Husada.
"Oh begitu. Kalau adik aku masuk TK Melati. TK negeri," kata Mira. Mira mempunyai adik perempuan yang bernama Aisyah.
"Kalau aku adik aku masuk surga," kata Zulfi ikut campur.
"Huuu! Kamu kan gak punya adik, kamunya aja yang ngayal gara-gara pengen punya adik," sorak Mira.
"Lagian siapa yang nanya?" tanya Cintya.
"Gak ada tuh, akukan ngomong sendiri," kata Zulfi tak mau kalah. "kamu aja yang          O ² N,"
"Sudah-sudah jangan bertengkar, kamu Zulfi gak usah ngomong kasar ya?" kata Mira melerai. Zulfi mencibir. Tapi sedetik kemudian dia mengulurkan tangan.
"Iya deh sorry ya aku ngomong kasar," kata Zulfi. Kedua sahabatnya menjabat tangan Zulfi.Mira menggandeng tangan Cintya, Cintya menggenggam tangan Zulfi.ketiga sahabat itu berlari-larian bersama.
"Hei Mira, kamu mau masuk sini saja?" tanya mama yang tiba-tiba muncul di ruang kepala sekolah.
"Oh… eh … uh.. iya," kata Mira gugup karena kaget, "kok mama disitu?".
"Tadi mama ketemu mama Zulfi dan mama Cintya terus dipanggil pak kepala sekolah," jelas mama Mira.
"Oh terus tante mama saya mana?" tanya Cintya.
"Lagi diruang kepala sekolah, mereka belum selesai. Mama maksud mereka karena mama Zulfi juga ada disitu," kata mama.
"Mama saya ada disitu? Baiklah saya mau kesana dulu, terimakasih tante," kata Zulfi, lalu melesat ke ruang kepala sekolah. Cintya mengikuti. Mama merangkul Mira.
"Ke Pizza Hut yuk? mama lapar," kata mama. Mira mengangguk.
"Beliin aku garlic bread ya ma?" kata Mira manja. Mama tersenyum sambil mengangguk. Mereka segera menaiki mobil espas mereka lalu mama mengemudikan ke Pizza Hut. Mira merenung,
"Hari ini asyik sekali. Aku akan bersekolah di SDN Polisi 5. pasti akan menyenangkan berkumpul bersama sahabat-sahabat lama," gumam Mira.

Mimpi Shila

      "Shila Shila gak sadar-sadar juga kamu. Kenapa kamarmu masih berantakan? Tadikan sudah mama suruh beres-beres sedangkan mama gak bisa ngeberesin mainanmu yang berantakan karena mama hamil," omel mama pada Shila.
"Ah ma…! Shila kan capek main," kata Shila beralasan.
"Ayo kerjakan kalau tidak mau mainanmu mama buang. Lagian siapa yang suruh main lama-lama?" tanya mama kesal.
"Tapi ma…" kata Shila.
"Sudah jangan banyak cingcong kerjakan sekarang juga!!!" mama memotong pembicaraan anak tunggalnya.
 Sambil menggerutu Shila naik ke lantai atas menuju kamarnya. Sampai di kamar Shila mengurung diri.Dia menjatuhkan setumpuk mainan yang ada di atas tempat tidurnya lalu merebahkan diri. Tak terasa Shila tertidur. Shila bermimpi.
"Shila bangun," terdengar suara aneh dan asing di telinganya. Shila membuka mata mimpinya lalu terkejut. Di depannya terlihat sekelompok mainan yang menatapnya dengan mata sangar mereka.
"M…m…mau apa k…kalian?" tanya Shila ketakutan.
"Kami datang dari negeri mainan. Disana sedang kemarau panjang. Kami kelaparan. Karena kami pemakan apa saja kami memutuskan untuk pergi ke dunia manusia. Awalnya kami takut karena mengira manusia itu besar, jahat, dan tak tau aturan. Tapi setelah kami datang ke dunia manusia, manusia adalah makhluk lemah dan kecil. Lebih kecil dari kami," jelas boneka kayu sambil menjilat bibir.
"Lalu siapa manusia yang akan kau makan?" tanya Shila.
"Karena kami sangat kelaparan, kami akan memakan wanita montok itu dan seorang wanita cantik yang sedang hamil," kata singa-singaan sambil menunjuk dua wanita yang dimaksud. Mereka tak lain tante dan mama Shila. Mereka diikat di sebuah kursi. Mulut dan mata mereka di tutup dengan saputangan.
"Kalian jahat banget!!!" seru Shila. Lalu kepalanya tertunduk.
"Dan pria ini akan kami jadikan makanan penutup yang lezat," kata orang-orangan sambil menggenggam papa Shila.
"Aduhhh!!! Kenapa sih kalian begitu tega terhadap keluargaku. Oh tidak sekarang aku akan sendirian di rumah selamanya jika papa-mamaku tidak ada! Aku tidak MAU!!!" jerit Shila.
"Shila kamu kenapa sih kok jejeritan di kamar?" tiba-tiba terdengar suara orang yang sangat dicintai Shila. Shila tersadar dan membuka matanya. Matanya yang sesungguhnya, bukan mata mimpi.
"Mama," gumam Shila lalu menyambung, "Syukurlah mama tidak jadi dimakan,"
"Sayang apa maksudmu itu? Apa maksudmu tentang mama tidak jadi dimakan?" tanya mama sambil memeluk Shila. Shila segera menceritakan mimpi buruknya.
            Selesai Shila bercerita, mama tersenyum.
"Shila ternyata kamu cuma mimpi. Tenang ya sayang," kata mama membesarkan hati anaknya.
"Itu memang mimpi tapi seperti betulan. Hiiih! Serem ma. Untung gak betulan," kata Shila. Shila dan mama tertawa bersama.
"Yah tugasmu sekarang hanya membereskan kamarmu," kata mama.
"Oke ma!!!" seru Shila riang dan menjalankan tugas dari mama.