Keluarga Tya sedang makan malam bersama. Di keluarga itu hanya ada 3 orang. Tya, papa, dan mama. Tapi ada suatu berita baru bagi Tya.
"Tya, papa mau ngomong sesuatu sama kamu. Boleh kan?" tanya papa pada Tya yang sedang menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Tya hanya mengangguk. Papa mengerling pada mama. Mama tersenyum.
"Tadi papa dan mama pergi ke dokter. Ternyata saat di periksa, di dalam perut mama ternyata ada janin bayi," kata papa. Tya nyaris tersedak mendengarnya.
"Janin bayi? Jadi… jadi…," Tya gelagapan. Mukanya merah karena senang.
"Ya. Mama hamil lagi. Kamu akan mendapat seorang adik Tya. Bagaimana perasaanmu?" tanya mama sambil mengelus kepala Tya.
"Tya senang ma. Horeee! Tya akan mendapat adik bayi," sorak Tya gembira. Mama dan papa tertawa melihat tingkah Tya.
"Adik laki-laki atau perempuan ma?" tanya Tya.
"Dokter belum bisa memastikan karena bayi itu masih kecil sekali. Jadi belum bisa di perkirakan. Sabar ya sayang," kata mama. Tya manggut-manggut.
****
Keesokan harinya, hari Minggu. Keluarga Tya biasanya berolahraga jalan pagi. Tya sudah siap dengan pakaian training dan sepatu kets-nya yang di belikan orangtuanya saat sedang jalan-jalan ke pertokoan.
"Papa, mau jalan-jalan kemana sekarang?" tanya Tya.
"Sekarang jangan jauh-jauh dulu karena mama sedang mengandung. Bagaimana kalau mengelilingi jalan desa kecil di belakang jalan ini? Jaraknya lumayan tapi lebih pendek dari biasanya," kata papa menyarankan.
"Mama, masih sanggup berjalan jauh kok! Tapi karena Tya besok jadwal sekolahnya ketat memang lebih baik jangan jalan jauh-jauh dulu," kata mama. Akhirnya semua setuju dengan tujuan jalan-jalan hari ini.
"Tya, kalau nanti adik lahir, kamu harus bisa menjadi kakak yang baik ya," nasihat mama.
"Menjadi kakak yang baik gimana caranya ma?" tanya Tya bingung.
"Misalkan kalau mama sibuk, kamu harus bisa menjaga adik agar tidak menangis dan tidak rewel," jelas mama. Tya manggut-manggut.
"Menjadi kakak yang baik susah ya ma," kata Tya.
"Ya, kalau kamu sabar menjadi kakak yang baik itu gampang kok," kata mama.
"Oh begitu," kata Tya. Mereka kembali ke rumah. Di rumah, Tya kembali bertanya-tanya soal adik barunya itu.
"Ma, nanti adik akan di beri nama siapa?" tanya Tya
"Mama gak tau apakah adikmu itu laki-laki atau perempuan. Tapi yang jelas kalau laki-laki mama akan menambahkan nama Muhammad. Kalau perempuan mama beri nama Fatimah, Aisyah, atau Azzahra. Atau nama-nama islami lainnya. Tunggu saja nanti," kata mama sambil mengedipkan sebelah mata pada Tya. Tya tersenyum senang.
Aku tak sabar ingin segera ke sekolah menceritakan hal ini pada Dita. Dia pasti akan senang mendengar kabar ini J kata Tya dalam hati. Tya pergi ke kamarnya untuk membereskan buku buat besok senin.
******
Keesokan harinya, Tya sudah siap akan berangkat ke sekolah. Dangan di antar papanya naik mobil, Tya berangkat ke sekolah dengan hati riang dan bersemangat.
"Ma, Tya berangkat dulu. Assalamualaikun," pamit Tya sambil menyalami tangan mamanya.
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya Tya," kata mamanya.
"Oke ma!" kata Tya sambil mengacungkan jempol. Tya dan papa segara berangkat.
Sesampainya Tya di sekolah setelah pamit dan salim ke papanya, Tya segera berlari menuju kelasnya yaitu kelas 5A. ternyata Dita sudah menunggunya.
"Hai Tya," kata Dita begitu melihat Tya muncul di ambang pintu.
"Hai Dita. Aku punya kabar gembira buat kamu lho! Seneng banget," kata Tya sambil lonjak-lonjak.
"Hei hei tenanglah. Kabar apa?" tanya Dita penasaran.
"Kabar gembira sekali. Mamaku sedang mengandung. Dan aku akan mempunyai seorang adik," kata Tya heboh. Sesaat Dita diam mencerna kata-kata Tya itu. Tapi kemudian dia ikut tersenyum.
"Wah! Tya selamat ya. Punya adik itu enak lho! Aku juga mengalaminya. Tapi terkadang punya adik itu menyebalkan," kata Dita. Dita memang mempunyai seorang adik laki-laki bernama Akbar. Tya sering iri melihat ke akraban Dita dengan Akbar saat mereka pergi ke rumah Dita. Tapi sekarang tidak karena Tya akan mempunyai seorang adik.
"Menyebalkan bagaimana?" tanya Tya.
"Yah! Terkadang adik itu rewel sekali. Sering menangis. Kitapun harus sering mengalah padanya. Lalu kalau adik kita itu kenapa-kenapa kita yang di salahkan karena kita tidak menjaga adik dengan benar," kata Dita menerangkan. Dia ingat kalau dia pernah di marahi ibunya karena tangan Akbar terjepit pintu sampai menangis meraung-raung saat Dita sedang asyik nonton teve. Dita dimarahi karena tidak menegur Akbar dan memberitahunya kalau main pintu itu berbahaya. Saat itu Dita kesal sekali pada Akbar. Tya tertawa melihat raut muka Dita saat menceritakan kisah itu.
"Hahahahaha memang menjaga adik itu bukan sesuatu yang mudah. Kita harus bersabar dan butuh kecermatan," kata Tya. Dia ingat ucapan mama saat malam hari menjelang dia tidur. Dita diam saja.
******
Beberapa bulan kemudian, saat Tya baru pulang sekolah, dia mendapati rumahnya sepi.
"Assalamualaikum," salam Tya saat masuk ke rumah. Tapi tidak ada yang menjawab. Seketika Tya menjadi takut.
"Papa….! Mama….!" Panggil Tya. Tak ada suara apapun. Tya semakin takut. Tapi tiba-tiba dari rumah sebelah terdengar seseorang berseru.
"Tya!" panggil orang itu. Tya menengok. Dia melihat Ninis temannya.
"Nis, liat orang tuaku gak?" tanya Tya pada temannya itu.
"Oh orang tuamu. Sini dulu deh kamu masuk ke rumahku dulu," kata Ninis yang bukannya menjawab malah menyuruh Tya masuk ke rumahnya. Tya memasuki rumah Ninis.
"Kamu ngomong aja ama bundaku. Bunda tau dimana orang tuamu kok," kata Ninis sambil tersenyum.
"Tapi… Emang kamu gak tau apa-apa soal orang tuaku?" tanya Tya. Ninis tersenyum penuh rahasia. Tya sampai heran. Ninis mendorong-dorong Tya menuju bundanya.
"Emmm assalamualaikum tante," salam Tya begitu sampai di dekat bunda Ninis.
"Waalaikumsalam Tya. Ada apa?" tanya bunda Ninis atau biasa di panggil Tante Billa oleh Tya.
"Dimana orangtua saya saat ini? Apa tante tau? Saya di suruh bertanya ke tante oleh Ninis," kata Tya.
"Oh orang tuamu? Tante tau," kata Tante Billa.
"Dimana tante?" tanya Tya semangat.
"Di rumah sakit," kata Tante Billa
"Di rumah sakit? Memangnya mama dan papa kenapa?" tanya Tya yang cemas seketika. Tante Billa dan Ninis yang duduk tak jauh dari tempat Tya dan Tante Billa tertawa.
"Mereka gak apa-apa kok Tya. Mereka ke rumah sakit karena mamamu melahirkan," kata Tante Billa. Mata Tya membulat seketika.
"MELAHIRKAN????!!!!" kata Tya hampir berteriak saking terkejutnya.
"Iya Tya, mamamu melahirkan adikmu," kata Ninis sambil tertawa geli melihat wajah Tya yang kaget.
"Lalu…. Lalu bagaimana caraku menyusul mama ke rumah sakit?" tanya Tya.
"Kamu kan bisa berangkat bareng tantemu yang tinggal di Jalan Demak," kata Tante Billa.
"Oke. Makasih ya tante. Makasih ya Ninis, aku siap-siap dulu. Assalamualaikum," Tya ngacir ke rumahnya. Dia menggeletakkan tasnya lalu berganti baju. Dia memasukkan buku, minum dan handphone nya ke tas kecil yang selalu Tya bawa kemana-mana tiap dia pergi. Lalu dia segera berlari menuju Jalan Demak. Tya Tya! Kamu itu anaknya memang selalu tidak sabaran. Tya sampai di rumah tantenya di Jalan Demak. Keringatnya bercucuran karena berlari dari Jalan Singasari (jalan tempatnya tinggal) sampai Jalan Demak.
"Assalamualaikum. Tante!!! Tante Fanny!!!" seru Tya di depan rumah Tante Fanny tantenya.
"Waalaikumsalam. Eh Tya, kebetulan tante sedang akan ke rumahmu menjemputmu. Ayo," kata Tante Fanny. Tya yang tau apa tujuan Tante Fanny berkata "Ayo" itu masuk ke rumah Tante Fanny lewat pintu garasi yang terbuka lebar. Mobil Fortuner milik tantenya menyala. Rupanya sedang di panaskan mesinnya. Tantenya ada di dalam mobilnya. Tya masuk ke mobil tantenya.
"Selamat ya Tya kini kamu sudah memiliki adik," kata Tante Fanny. Tya tersenyum bahagia. Napasnya masih tersengal-sengal. Tante Fanny memacu mobilnya menuju jalan raya.
******
"Kita akan ke rumah sakit mana tante?" tanya Tya di perjalanan.
"Mamamu melahirkan di RS Kasih Ibu tempat kamu juga di lahirkan," kata Tante Fanny. Tya manggut-manggut. Dia sudah lupa bagaimana RS Kasih Ibu itu. Karena saat dia sakit, dia di rawat di rumah sakit lainnya.
Sesampainya di rumah sakit, Tante Fanny segera membawa Tya menuju receptionist. Di situ Tante Fanny menanyakan kamar tempat mama dan papa Tya.
"Mbak saya ingin bertanya dimana ya kamar Bu Rahma Cantika yang sedang melahirkan itu?" tanya Tante Fanny pada mbak-mbak penjaga.
"Sebentar ya bu," mbak tersebut mencari sebuah data di komputernya.
"Bu Rahma ada di kamar nomer 53 lantai 3 ," jelas mbak penjaga itu.
"Baiklah. Terimakasih mbak. Ayo Tya," Tante Fanny menggandeng tangga Tya dan membawanya menaiki lift menuju lantai 3. Di lantai 3, Tya celingukan mencari kamar nomer 53. Begitupun tantenya.
"Ini dia!" Tya nyaris berteriak. Tapi tidak jadi karena dia ingat kalau dia di rumah sakit. Tante Fanny mengetuk pintu kamar.
"Ya, tunggu sebentar," terdengar suara papa. Pintu di buka dan Tya langsung menghambur ke pelukan papa seakan sudah setahun tidak bertemu.
"Papa bagaimana keadaan mama? Bagaimana pula keadaan adik bayi? Sehat? Daritadi Tya sudah cemas," kata Tya.
"Kamu lihat aja sendiri ke dalam. Ayo masuk. Halo dek," sapa papa pada Tante Fanny yang memang adiknya. Tante Fanny senyum dan masuk ke kamar. Ternyata di kamar itu ada 3 ruangan. 1 kamar mandi dan 2 kamar pasien. Mama ada di kamar kedua. Tiap kamar di batasi tirai. Tya menyingkapkan tirai itu dan kemudian Tya melihat mamanya berbaring di kasur.
"Mama! Bagaimana keadaan mama? Adik bayi dan mama sehatkan?" Tya langsung memeluk mamanya. Mama tersenyum.
"Ya mama baik-baik aja. Adikmu juga baik. Sekarang adik bayi lagi ada di ruangan khusus bayi bersama bayi-bayi lainnya," kata mama.
******
Sudah seminggu adik bayi berada di rumah. Adik bayi perempuan dan di beri nama Nuraisyah Rahimawati. Panggilannya Ais. Nama-nama di keluarganya semua memakai nama Nur. Tya bernama Atyah Nuryasmin. Mama Tya Nurrahma Cantika. Dan papa Tya Muhammad Nurcahyo Saputra. Lalu adik baru Tya bernama Nuraisyah Rahimawati. Tya senang sekali mempunyai adik lucu seperti Ais. Walaupun kata orang-orang Tya dan Ais tidak mirip, tapi Tya teteap menyayanginya. Ais lebih mirip mama dan Tya lebih mirip papa. Keluarga Tya jadi bertambah harmonis dengan kedatangan Ais.
TAMAT